REPUBLIKA.CO.ID, BR0M0--Kawasan lautan pasir di seputar kawah Gunung Bromo, Jawa Timur, dibuka secara terbatas dengan radius dua kilometer seiring dengan penurunan status dari Awas (level IV) menjadi Siaga (level III).
"Karena risiko letusannya semakin kecil, maka lautan pasir bisa dilalui untuk masyarakat umum, namun dalam radius dua kilometer dari kawah," kata Kepala Sub-Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budianto saat dihubungi dari Surabaya, Senin.
Sejak ditetapkan status Awas pada 23 November 2010, lautan pasir dan sekitarnya dinyatakan sebagai kawasan terlarang hingga radius tiga kilometer dari kawah.
Namun setelah statusnya diturunkan menjadi Siaga sejak Senin siang pukul 12.45 WIB, PVMBG merekomendasikan lautan pasir dilalui masyarakat umum dalam radius dua kilometer.
"Masyarakat dari Cemorolawang yang hendak menuju wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang, boleh melewati kaldera lautan pasir dalam radius aman, yakni dua kilometer dari kawah," kata Agus yang berada di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Bromo di Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolonggo, sejak Jumat (3/12).
Ia mengungkapkan penurunan status gunung api berketinggian 2.392 meter dari permukaan air laut itu berdasarkan beberapa pertimbangan, di antaranya potensi ancaman letusan Gunung Bromo semakin menyempit dari tiga kilometer menjadi dua kilometer. "Risiko letusan juga semakin kecil. Apalagi, secara visual ketinggian kolom erupsi maksimal hanya 800 meter," katanya menambahkan.
Pada pukul 06.00-12.00 WIB aktivitas kegempaan Gunung Bromo tercatat lima kali gempa vulkanik dalam dengan kekuatan 15-18 milimeter selama 10-11 detik. Gempa tremor hingga saat ini masih terus terjadi dengan kekuatan 2-12 milimeter. "Namun, risikonya semakin menurun," katanya.
Sebelumnya, para petani dan tengkulak komoditas pertanian di sekitar Gunung Bromo mengeluhkan penutupan kawasan lautan pasir.
Para tengkulak dari wilayah Kabupaten Pasuruan harus melalui jalur memutar untuk mengambil hasil panen para petani di Desa Ngadisari. Hal itu, mengakibatkan harga jual komoditas pertanian, seperti bawang daun, kentang, sawi, kol putih, dan wortel mengalami kenaikan Rp500,00-1.000,00 per kilogram.
Sejak ditetapkan status Awas pada 23 November 2010, aktivitas Gunung Bromo mengalami puncaknya pada 29 November 2010 pukul 17.00-20.00 WIB dengan ketinggian asap kawah mencapai 800 meter.
Setelah itu, aktivitas Gunung Bromo berangsur-angsur mengalami penurunan bahkan ketinggian asap pun hanya sekitar 200-300 meter. Meskipun statusnya diturunkan menjadi Siaga, prosedur tanggap darurat tidak akan dicabut, kecuali kalau sudah berstatus Waspada (level II).