REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL--Puluhan anggota Paguyuban Dukuh (Pandu) Kabupaten Bantul membubuhkan cap jempol darah pada kain putih, sebagai tanda kesetiaan mereka terhadap keistimewaan Yogyakarta. Upacara ini digelar di sekretariat Pandu Bantul di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Selasa.
Dalam upacara itu, kain putih tempat mereka mencapkan jempol berdarah disandingkan dengan bendera Kraton Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alam. ''Kita menyatakan akan menjadi benteng terakhir keistimewaan Yogyakarta,'' kata Ketua Pandu Bantul, Sulistyo Admojo, berkaitan dengan kegiatan tersebut.
Sulistyo mengatakan keistimewaan yang dimaksud tidak bisa dilepaskan dari penepatan Sultan HB dan Paku Alama berkaitan dengan jabatan gubernur dan wagud di DI Yogyakarta. Selain melakukan upacara cap jempol darah tersebut, pada kesempatan ini para dukuh se Kabupaten Bantul ini juga membacakan ikrar kesetiaan mereka terhadap keistimewaan Yogyakarta.
Ikrar itu isinya adalah mereka menjunjung tinggi maklumat Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII yaitu maklumat 5 September 1945, mereka setia mempertahankan keistimewaan Yogyakarta dengan roh penetapan, dan mereka siap menjadi pengawal pembangunan, pelayan masyarakat dan abdi NKRI.
Sulistyo mengatakan bahwa para anggota Pandu ini juga akan mengawal pembahasan pembahasan RUUK antara pemerintahan SBY dan DPR-RI. ''Jika hasil ini pembahasan tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Yogyakarta, yaitu penetepan, maka kita akan kembali turun ke jalan dengan masa yang lebih besar,'' kata Sulistyo.
Susanto, Kepala Dusun Proketen, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, menegaskan bahwa bagi para dukuh se Bantul, penetapan Sultan HB dan Paku Alam sebagai gubernur dan wagub DIY ''adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.''
Ia mengatakan, upacara pemberian cap jempol darah ini sebagai wujud dukungan terhadap keistimewaan DIY, yang rohnya adalah penetapan Sultan HB dan Paku Alam yang bertahta sebagai gubernur dan wakil gubernur di DIY.