REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Pasca erupsi besar pada Ahad (19/12), Gunung Bromo terus menunjukkan peningkatan aktivitas. Jika sebelumnya hanya melontarkan abu dan kerikil halus, Gunung Bromo pada Kamis (23/12) dinihari, mengeluarkan material pijar.
“Lontaran material pijar tadi mencapai ketinggian 50 meter, kalau siang tidak terlihat. Sedangkan abu dan pasir yang dikeluarkan lebih pekat,” terang Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suantika, saat dihubungi, Kamis (23/12).
Meski begitu, Gede meyakinkan fenomena tersebut masih tergolong normal dan aman. Pasalnya, muntahan pijar hanya jatuh di sekitar bibir kawah Gunung Bromo, belum mencapai kaldera. “Jika muntahan pasir memang sampai sekitar Desa Ngadisari. Tapi, jarak aman tetap dua kilometer, statusnya masih Siaga,” ujarnya.
Gede melanjutkan, meningkatnya aktivitas Gunung Bromo akan membuat banyak energi terkeluarkan dari gunung yang terletak di Kabupaten Probolinggo tersebut. Namun, Gede menjamin Gunung Bromo akan normal kembali. Mengingat data seismik terakhir dari Pos Pantau Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo menunjukkan gempa tremor masih terjadi secara simultan dengan amplitude mencapai 30 milimeter. “Tandanya berupa visual kepulan asap hingga satu kilometer,” ujar Gede.
Sedangkan, kondisi cuaca hujan yang disertai angin kencang yang membawa material abu Bromo sampai juga di Sidoarjo dan sebagian wilayah Surabaya. Gede mengakui hal itu dan menyebut abu Gunung Bromo memang terbawa angin. Abu vulkanik tersebut jatuh bersama air hujan yang terjauh sampai kawasan Surabaya bagian selatan,” imbuh Gede.
Namun, kata Gede, di Desa Ngadisari, dampak munculnya abu dan pasir Bromo telah mencemari persediaan air warga, serta mengganggu arus transportasi. “Jalan menjadi licin karena abu turun bercampur dengan air hujan dan lumpur,” tegas Gede.
Pantauan Republika, banyak warga Surabaya yang mengeluhkan dengan munculnya abu yang dikeluarkan dari perut Gunung Bromo. Namun, fenomena itu tak cukup mengganggu aktivitas warga Sidoarjo dan Surabaya. “Saya juga heran mengapa muncul bekas abu setelah hujan selesai,” kata Panca Indra, warga Simomulyo, Surabaya.