REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Pemerintah harus menyikapi munculnya kasus kristenisasi di wilayah bencana Merapi. Jangan sampai tindakan yang dilakukan kepada para pengungsi tersebut sampai meresahkan umat Islam dalam skala yang massif.
Desakan ini disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, saat dikonfirmasi perihal munculnya upaya kristenisasi pada masa rehabilitasi pascabencana Merapi. Menurut Ketua MUI Jawa Tengah, Drs KH Ahmad Darodji, MUI telah mendengar adanya pola-pola kristenisasi yang 'menunggangi' masa rehabilitasi bencana di Merapi.
Bahkan, lanjutnya, hal ini tak hanya terjadi di wilayah Kabupaten Magelang saja. Namun pola-pola sejenis juga terjadi wilayah bencana Merapi di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. "Modusnya hampir sama, yakni dengan memanfaatkan kondisi para pengungsi yang tengah mengalami kesulitan," ungkap Ahmad Darodji kepada Republika, Selasa (28/12).
Berdasarkan masukan yang diterima MUI Jawa Tengah, paparnya, pihak-pihak yang menebar pola kristenisasi ini tak turun ke lapangan pada masa tanggap darurat bencana erupsi Merapi. Namun mereka aktif melaksanakan kegiatannya pada masa rehabilitasi bencana. Terkait fenomena ini, MUI Jawa Tengah --pada Rakorda MUI se-Jawa dan Lampung-- telah membahasnya.
Bahkan rakorda tersebut juga menghasilkan rekomendasi agar jangan ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan masa rehabilitasi bencana alam ini untuk tujuan yang memicu keresahan antar umat beragama. Karena kewenangan MUI hanya sebatas himbauan, masih ungkap Ahmad Darodji, MUI mendesak pemerintah untuk menyikapi persoalan ini dan menghentikan upaya-upaya kristenisasi di daerah bencana Merapi.
Selain itu juga telah berkoordinasi dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) agar upaya-upaya ini harus dicegah, demi tetap terjaganya harmonisasi hubungan antar umat beragama. Sedangkan kepada umat Islam, MUI juga meminta untuk tetap menyikapi persoalan ini dengan menjaga iklim kerukunan, meski pola-pola kristenisasi ini harus segera dihentikan.
"Yang tak kalah penting adalah umat Islam segera merumuskah fikih bencana guna mengantisipasi terjadinya pola-pola kristenisasi di tengah bencana alam pada masa yang akan datang," imbuhnya.