REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN - Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin di Banjarmasin, Senin, mengaku kehilangan kontak dengan mahasiswa asal provinsi itu di Mesir. Rudy mengatakan, sejak kerusuhan massa yang menuntut Presiden Mesir Husni Mubarak mundur dari jabatannya, pihaknya mencoba melakukan koordinasi dengan pengurus asrama mahasiswa Kalsel di Mesir namun hingga kini belum juga membuahkan hasil.
"Saya telah mencoba menghubungi asrama mahasiswa Kalsel di Mesir, tapi tidak bisa," kata Gubernur di sela-sela pertemuan dengan perbankan di Aula Bank Indonesia Banjarmasin.
Sesuai data 2008, kata dia, jumlah mahasiswa Kalsel yang belajar di Universitas Al Azhar dan tempat pendidikan lain di Mesir sekitar 200 orang. "Secara pasti kami belum melakukan pendataan karena keberangkatan mereka ke Mesir secara mandiri, tidak melalui program beasiswa," katanya.
Rudy berharap apapun yang terjadi kondisi mahasiswa Kalsel tetap aman, tidak ikut terlibat maupun menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Apalagi kata dia, duta besar Indonesia di Mesir adalah orang asli Banjar sehingga diharapkan bisa memberikan perhatian lebih kepada para mahasiswa Kalsel.
"Kami juga akan selalu mengecek dan mencari informasi tentang kondisi mahasiswa Kalsel di sana," katanya.
Milhan Rusli, orangtua salah seorang mahasiswa Universitas Al Azhar, mengatakan, dia melakukan komunikasi dengan anaknya Muhammad Firdauz Sinuzula terakhir pada Sabtu (9/1). Saat itu, kata dia, Firdauz mengabarkan ada imbauan dari pengurus persatuan mahasiswa Kalsel di Mesir agar tidak keluar rumah kecuali ada hal yang penting.
Selain itu, kata dia, mahasiswa Kalsel juga diimbau tidak ikut-ikut dalam konflik.
"Setalah itu sampai sekarang kami kehilangan kontak sehingga tidak mengetahui perkembangan terakhir," katanya.
Menurut Milhan, kendati pihaknya cukup yakin tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap putranya namun tetap saja perasaan khawatir masih ada.