REPUBLIKA.CO.ID,Sumenep, 22/2 (ANTARA) - Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, A. Busyro Karim, prihatin masih adanya aksi kekerasan berdalih isu santet yang dilakukan warga setempat.
"Di Sumenep dan Madura pada umumnya, isu santet memang hal yang sensitif dan bisa menggerakkan massa untuk melakukan kekerasan. Untuk mencegah adanya aksi kekerasan berdalih isu santet, harus dilakukan pendekatan kultural," kata Bupati Busyro di Sumenep, Selasa.
Pendekatan kultural tersebut berupa komunikasi dengan tokoh agama dan masyarakat secara intensif untuk mencegah isu santet berkembang menjadi aksi kekerasan.
Di kalangan warga, kata dia, memang berkembang sesuatu yang membuat gampang bergerak untuk 'menghakimi' orang yang dituduh memiliki ilmu santet, seperti adanya ungkapan bahwa halal 'menghakimi' dukun santet.
"Ini yang harus diluruskan, karena tidak ada aturan dari negara maupun agama, yang menghalalkan orang 'main hakim sendiri'. Isu santet memang hal yang sangat kompleks, apalagi hingga sekarang tidak ada yang bisa secara formal membuktikan adanya santet, kecuali yang bersangkutan mengakuinya," paparnya.
Dalam kurun waktu tiga bulan sejak Desember 2010 hingga Februari 2011 sesuai data di Polres Sumenep, terjadi tiga kali aksi kekerasan kepada warga hingga tewas dengan latar belakang isu santet, yakni di Kecamatan (Pulau) Talango, Batu Putih, dan Dasuk. Polisi kesulitan mengungkap tiga kasus penganiayaan yang menyebabkan korban tewas tersebut.