REPUBLIKA.CO.ID,DEMAK--Potret suram kemiskinan rakyat di negeri ini kembali terungkap. Kali ini di Dusun Kebondalem, RT 04/RW 05 Desa Botorejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Adalah Karsiyan (72), perempuan renta yang tak memiliki keluarga ini sudah 10 tahun tinggal di bedeng bekas kandang ayam kumuh di halaman belakang rumah saudaranya.
Yang lebih memprihatinkan, sudah dua tahun terakhir ia tak mampu berjalan karena mengalami kelumpuhan. Selain itu, kedua matanya juga tak bisa melihat lagi akibat penyakit katarak akut.
Akibatnya, ia hanya bisa duduk dan tergolek lemah di dalam bedeng berukuran 2 x 2,5 meter persegi yang sudah tampak miring dan berlantai lembab tersebut.
Bahkan tempat berteduh inipun setengah terbuka. Karena tak berdaun pintu dan hanya sebagian saja yang tertutup dinding gedhek (red; anyaman bambua).
Bedeng ini berbaur dengan kandang ayam di halaman belakang rumah Musripah (68), perempuan yang tak lain merupakan saudara ipar Karsiyan sendiri.
Kepada Republika, Musripah menuturkan, sejak ditinggal mati oleh suaminya beberapa tahun silam, kakak iparnya tersebut tpindah dari rumah kerabat yang satu ke rumah kerabat lainnya.
Saat keluarga kerabat dan saudaranya belum bertambah banyak, masih dapat menampung Karsiyan untuk berteduh dalam tempat tinggal yang relatif lebih layak.
Ia sendiri, juga mengaku terpaksa tinggal berhimpit- himpitan dengan anak- anak dan menantunya. "Karena rumah satu dihuni oleh lebih dari empat kepala keluarga," ungkapnya, Jumat (4/3).
Untuk kebutuhan perut, lanjutnya, selama ini Karsiyan menggantungkan pemberian dari keluarga Musripah. Termasuk yang mengurusi keseharian nenek renta tersebut.
Sebagai saudara ia mengaku ikhlas untuk merawat dalam kondisi apapun. "Namun untuk memberikan tempat yang layak memang belum mampu," ungkapnya.
Sementara itu, Karsiyan yang dikonfirmasi mengaku terima meski harus tinggal di bedeng bekas kandang ayam. Menurutnya, ada saudara yang mau menampung saja sudah beruntung.
Ia bahkan mengaku tak ingin merepotkan kerabat dan sanak saudaranya. "Wong wes tuwo arep nopo maneh (red; orang sudah tua mau apa lagi)," ujarnya.
Kini ia mengaku kedua matanya sudah tak mampu lagi untuk digunakan melihat. Bahkan untuk turun dari bale- bale pun sudah tak mampu setelah kedua kakinya tak lagi kuat menopang tubuh yang terus menua tersebut.
Sementara itu, Kepala Desa Botorejo, Sumardjo didampingi perangkatnya, Khariri mengakui, terkait dengan kondisi Karsiyan, pihak Pemerintah Desa pernah melaporkan kasus warganya ini ke Dinas Sosial Pemkab Demak.
Bahkan laporan ini telah ditindaklanjuti salah satu panti wredha yang ada di Kabupaten Demak. Namun karena Karsiyan --yang buta dan lumpuh -- dianggap tak mampu mandiri.
Sehingga, lanjutnya, pihak panti jompo menolak untuk merawat wanita malang ini. "Kami pun, selaku aparat desa tak mampu lagi harus mengupayakan apa," tegas Khariri.
Ia juga mengakui, di wilayah desanya juga ada seorang nenek yang bernasib seperti Karsiyan. Sebab di wilayah RT 03/05 juga masih ada Mukmini (70), wanita tua yang hidup mengenaskan setelah terserang stroke, dua tahun lalu.
Mukmini masih lebih beruntung karena bisa tinggal di rumah yang lebih memadai meski kondisinya juga sudah reot. "Untuk perawatan sehari- hari wanita ini hanya mengandalkan kesabaran suaminya, Sarmin (68)," imbuhnya.
Baik Mukmini maupun Karsiyan sama- sama tak mengantongi kartu jaminan kesehatan masyarakat. Sehingga mereka kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.