Kamis 28 Oct 2021 23:58 WIB

BNNK: Pecandu Narkotika Beralih Gunakan Obat Selama Pandemi

BNNK temukan pecandu remaja oplos obat batuk sebagai pengganti narkotika

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Narkotika (ilustrasi). Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Arfin Munajah menengarai para pecandu narkotika beralih menggunakan obat-obatan berbahaya dengan harga yang murah selama pandemi COVID-19.
Foto: VOA
Narkotika (ilustrasi). Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Arfin Munajah menengarai para pecandu narkotika beralih menggunakan obat-obatan berbahaya dengan harga yang murah selama pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Arfin Munajah menengarai para pecandu narkotika beralih menggunakan obat-obatan berbahaya dengan harga yang murah selama pandemi COVID-19.

"Jadi memang kondisi COVID-19 membuat mereka menyesuaikan ekonomi. Yang tadinya pakai yang mahal-mahal (narkotika) mungkin banyak yang turun menggunakan obat berbahaya," kata Arfin dalam Workshop Penguatan Kapasitas P4GN kepada Insan Media di Yogyakarta, Kamis (29/10).

Menurut dia, dugaan itu berdasarkan pada temuan kasus penyalahgunaan narkoba di Bantul yang tidak mengalami penurunan, namun sebagian besar adalah penggunaan obat berbahaya."Setelah saya berkomunikasi dengan Polres Bantul, memang paling banyak adalah obat-obatan berbahaya. Untuk narkotika sangat-sangat sedikit," kata dia.

Sejak awal 2021, menurut dia, BNNK Bantul baru menangkap satu jaringan pengedar narkotika asal Solo, Jawa Tengah, dengan barang bukti seberat 5,5 gram. Sedangkan penyalahgunaan obat berbahaya, kata dia, jumlahnya masih cukup banyak, mulai dari penggunaan tembakau gorila, pil koplo, sampai pil label Y karena dinilai jauh lebih murah dibandingkan narkotika.

Belum lama, menurut dia, BNNK Bantul menangani seorang remaja yang mengoplos pil obat batuk sebagai pengganti narkotika. Pil yang dikonsumsi remaja itu bisa sampai 15 hingga 30 butir dalam sehari.

"Anaknya datang ke kantor kami lalu kami rujuk ke panti rehabilitasi di Banturraden (Banyumas, Jawa Tengah) milik Kementerian Sosial," kata dia.Untuk menekan penggunaan narkotika maupun obat-obatan terlarang, ia menuturkan Kampanye Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan ,dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) akan terus digencarkan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat di Bantul.

Menurut dia, PemkabBantul, institusi pendidikan, BUMN, BUMD, para pengusaha, dan tak terkecuali awak media dilibatkan dalam kampanye pengendalian narkotika tersebut.

"Kami tidak bisa bekerja sendiri. Kalau bekerja sendiri agak susah karena personel kami sedikit dibandingkan jumlah warga Bantul," kata Arfin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement