REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Orang-orang yang tinggal di kota lebih ternyata lebih berisiko terserang obesitas dibanding orang-orang yang tinggal di desa. Hal ini bisa terjadi karena orang-orang di kota ditunjang dengan berbagai layanan transportasi yang mempermudah mereka untuk pergi ke manapun, sedangkan orang-orang desa banyak yang berjalan kaki.
Belum lagi ditambah aktivitas fisik orang-orang di kota sangat minim, karena dimanjakan dengan gadget dan fasilitas lainnya. "Saat ini terjadi peningkatan akibat obesitas. Berdasarkan riset dasar kesehatan yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2007 di Kota Depok, obesitas pada laki-laki mencapai 13,7 persen dan perempuan 14,8 persen," ujar
Kepala Seksi Pelayanan Dasar dan Kesehatan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, Zakiah di Balaikota Depok, Jumat (11/12).
Menurut Zakiah, selama lima tahun peningkatan warga Depok yang obesitas mengejutkan. Pasalnya, riset kesehatan dasar terakhir pada 2013, ada peningkatan yang cukup tinggi menjadi 26,6 persen pada laki-laki dan perempuan mencapai 32,9 persen dibanding dengan tahun 2007.
"Apalagi Depok saat ini banyak kuliner dan kebanyakan orang Depok suka kulineran. Ini juga salah satu pemicu obesitas jika pola makan tidak diimbangi dengan olahraga," jelasnya.
Zakiah menambahkan, orang yang terkena obesitas mudah sekali menderita penyakit tidak menular, seperti diabetes, darah tinggi, dan jantung. "Datanya memang sudah tinggi. Kalau dulu orang obesitas umur 45 tahun yang banyak. Sekarang anak-anak juga sudah ada yang mengalami obesitas,” tuturnya.
Diutarakan Zakiah, tingkat stres tinggal di kota lebih banyak, misalnya polusi udara, kemacetan, ekonomi, pekerjaan, dan status sosial, sehingga membuat sebagian pihak melampiaskannya dengan makan dan tidur. "Pola hidup seperti ini yang sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya obesitas," imbuhnya.