Jumat 12 Feb 2016 06:26 WIB

Hidup Sehat Setelah Mendonorkan Ginjal, Mungkinkah?

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Donor ginjal (ilustrasi)
Foto: Ilustrasi/Mardiah
Donor ginjal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Menjadi seorang pendonor merupakan suatu hal yang mulia. Terlebih jika hal tersebut dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dan hanya bertujuan agar pasien sembuh.

 

Belakangan ini, banyak beredar orang yang menjual organ ginjalnya hanya untuk kepentingan pribadi mereka semata. Usai menjual ginjalnya, mereka pun akhirnya seolah menyesal karena tidak bisa bekerja berat lagi dan tubuh mejadi cepat lelah.

 

Dokter ahli penyakit dalam Dr. Dharmeizar, SpPD mengatakan mendonor ginjal apabila prosesnya dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur yang legal, maka pendonor sebenarnya masih dapat hidup dengan normal walau hanya dengan satu ginjal. Kualitas hidup orang yang hidup dengan satu ginjal (asalkan berfungsi dengan baik) tidak jauh berebeda dengan mereka yang hidup dengan dua ginjal.

 

“Pada prinsipnya, orang yang hidup dengan satu ginjal masih dapat hidup dengan normal. Bahkan mereka dapat beraktivitas dan berolahraga seperti layaknya orang normal. Dengan melalui proses yang benar secara legal, orang yang sehat tidak perlu ketakutan untuk menjadi pendonor ginjal sukarela apalagi kepada anggota keluarga mereka,” katanya dalam acara diskusi peran profesi penyakit dalam pada penyakit ginjal di Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

Bahkan, orang yang hidup dengan satu ginjal kebanyakan cenderung lebih ekstra dalam menjaga kesehatannya. Terutama pola hidup dan makanan yang mereka konsumsi, untuk meringankan kerja ginjal mereka.

 

Syarat untuk menjadi pendonor ginjal, menurut Dharmeizar adalah pria maupun wanita berusia 18 tahun keatas, sehat jasmani dan rohani, hubungan dengan pasien bisa langsung atau tidak serta tidak memiliki tujuan khusus demi keuntungan pribadi semata. Seorang pendonor juga harus datang langsung ke rumah sakit untuk diperiksa kesehatannya dan menandatangani persetujuan pendonoran.

 

“Pasien penerima donor ginjalnya juga tidak bisa asal terima saja, masing-masing harus memiliki kecocokan ginjal. Baik pendonor maupun penerima harus melakukan pemeriksaan secara kompleks. Si calon pendonorpun bisa membatalkan persetujuan pendonoran, apabila ia ragu dan takut untuk mendonor,” ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement