Ahad 09 Apr 2017 07:09 WIB

Protein Susu Sapi Penyebab Alergi Kedua Terbanyak

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Susu sapi
Foto: Pixabay
Susu sapi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alergi kerap kali dialami oleh anak. Bahkan alergi bisa berlanjut hingga dewasa bila tidak ditangani dengan baik. Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof. DR. Budi setiabudiawan, dr., SpA(k), M. Kes, menjelaskan alergi adalah respons sistem kekebalan tubuh yang tidak normal atau berlebihan terhadap zat yang masuk dalam tubuh dan pada orang tertentu tidak berbahaya.

Jika anak mengalami alergi maka dia memiliki gangguan sistem imun. “Contohnya anak alergi udang, ketika diberi makan udang dia alami asma, eksim. Padahal pada orang lain tidak berbahaya, tapi justru malah menjadi sumber protein yang cukup bagus. Inilah alergi gangguan sistem imun yang abnormal,” jelasnya.

Ia memaparkan menurut WHO, penduduk dunia yang mengalami alergi sebanyak 30 sampai 40 persen. Hingga 550 juta orang di dunia menderita alergi makananan. Bahkan dalam dua dekade terakhir, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat peningkatan angka kejadian penyakit alergi pada anak, termasuk di Indonesia. Di Indonesia prevalensi alergi protein susu sapi pada anak-anak di tahun pertama kehidupan mencapai sekitar 2 persen sampai 7,5 persen.

“Alergi makanan salah satunya terhadap protein susu sapi merupakan penyabab kedua terbanyak setelah alergi terhadap telur pada anak-anak di Asia,” katanya. Dari 170 jenis makanan yang dapat nenyebabkan alergi, menurut data dari klinik anak di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012, menunjukkan bahwa 31 persen dari pasien anak alergi terhadap putih telur, dan 23,8 persen alergi terhadap susu sapi.

Alergi terhadap protein susu sapi itu terjadi karena anak alergi terhadap kasein dan whey, aitu protein yang ada dalam susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi. Reaksi-reaksi ini dapat diperantarai antibody E (lgE) dan non-lgE. Reaksi alergi yang diperantarai oleh lgE cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih berat, memakan waktu lebih lama untuk sembuh tapi lebih mudah untuk mendiagnosisnya.

“Angka kejadian 0,5 sampai 0,7 persen. Kejadian berkurang dengan bertambahnya usia. Jadi kalau ada anak disignosa alergi susu sapi, nanti bertambah umur tidak alergi terhada protein susu sapi. Pada usia satu tahun berkurang menjadi 50 persen, usia dua tahun naik menjadi 60 persen dan usia lima tahun dia bisa tidak alergi lagi, dia sudah toleran terhadap susu sapi,” ungkapnya.

Ia menjelaskan penyakit yang sering terjadi adalah dermatititis atopic atau eksim yaitu mencapai 3,5 persen. Cirinya ketika baru lahir ada merah di pipi. Itu salah satu manisfestasi alergi terhadap protein susu sapi

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement