REPUBLIKA.CO.ID, BULELENG -- Pemerinatah Daerah Kabupaten Buleleng, Bali makin giat mengembangkan sektor pariwisatanya. Tak tanggung-tanggung, dalam waktu dekat kawasan yang memiliki panorama alam yang eksotis ini memiliki 10 Desa Wisata yang dilengkapi dengan homestay.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, I Nyoman Sutrisna mengatakan, Buleleng memang punya potensi pada sektor desa wisata karena wilayah terdiri atas laut dan perbukitan, lebih dikenal dengan nyegara gunung. Dengan adanya 10 Desa Wisata baru itu, pihaknya optimistis akan bisa menarik wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) lebih banyak lagi.
"Sepuluh desa wisata baru ini tidak kalah dengan puluhan desa yang sebelumnya sudah diresmikan sebagai desa wisata. Salah satu Desa Sudaji yang memiliki potensi luar biasa pada sektor budaya dan alamnya. Kami juga sempat berunding dengan masyarakat sekitar," ungkap Sutrisna di Singaraja, Sabtu (6/5).
Menurut dia, keberadaan desa wisata di kabupaten ujung utara Pulau Dewata tersebut diyakini memperkuat promosi wisata Buleleng. Sutrisna mengatakan, pariwisata Bali Utara yang mengusung tema 'Buleleng is different' atau Buleleng yang berbeda ini akan lebih kuat dengan adanya 10 Desa Wisata baru ini. Apalagi, di masing-masing Desa Wisata juga ada pembangunan homestay-homestay baru sebagai alternatif menginap para wisatawan yang ingin merasakan kehidupan di Desa Wisata.
"Kami memiliki pantai yang tenang dan masih sepi, alam yang luar biasa eloknya dan daerah kami aman dari kemacetan, berbeda dengan kondisi Bali Selatan. Wisatawan juga bisa tinggal di homestay untuk berbaur dengan masyarakat setempat," ujar Sutrisna.
Untuk mempromosikan wisata, termasuk Desa Wisata di Buleleng, dalam waktu dekat Dispar Buleleng akan bekerja sama dengan pihak swasta akan menggelar 'Buleleng Expo'. Dalam expo ini sasarannya akan lebih banyak ke wisman daripada turis lokal.
"Expo nanti, bukan dana dari APBD itu swasta yang dikoordinasikan dengan kami. Ini bagian promosi wisata kami, yang nantinya akan disinergikan dengan pelaksanaan PKB. Targetnya lebih mengejar wisatawan mancanegara," kata Sutrisna.
Apa yang dilakukan Bupati Sutrisna ini sudah sesuai dengan apa yang diinginkan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Sebelumnya Menpar menitipkan tiga program prioritas untuk disampaikan ke media di Bali. "Top 3 program Kemenpar 2017 yakni digital tourism, homestay desa wisata, dan aksesibilitas udara. Khusus untuk konektivitas udara sudah dikupas tuntas di Rakornas Kemenpar 30-31 Maret 2017 lalu di Borobudur Hotel, Jakarta," kata Menpar Arief Yahya.
Sedangkan go digital tourism, kata Menpar Arief, sudah dijalankan di Rakornas sebelumnya di akhir tahun 2016 lalu. Nah, Desa Wisata Homestay akan dibereskan di triwulan II tahun 2017, pada Juni 2017 nanti. “Semua dalam bungkus Indonesia Incorporated. Ingat, kondisi pasar sudah berubah. Hampir 63 persen transaksi jasa travel dilakukan secara online sehingga bila travel biro tidak segera menyesuaikan diri ke digital atau tetap konvensional maka nasibnya akan seperti Wartel (Warung Telekomunikasi),” katanya.
Perubahan pasar ini dipengaruhi oleh gaya hidup wisatawan juga berubah. Wisatawan dalam melalukan perjalanan (travelling) tak lepas dari digital; mulai dari mencari dan melihat-lihat informasi (look), kemudian memesan paket wisata yang diminati (book) hingga membayar secara online (pay). Sekitar 70 persen wisman melakukan search and share menggunakan media digital.