Selasa 19 Jan 2016 21:13 WIB

Travel Warning Australia-Amerika Sebelum Teror Dinilai Janggal

Red: Angga Indrawan
Warga Jakarta melakukan aksi solidaritas di lokasi teror bom di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (15/1).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Warga Jakarta melakukan aksi solidaritas di lokasi teror bom di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Australia dan Amerika Serikat yang mengeluarkan travel warning atau larangan melakukan perjalanan ke Indonesia seminggu sebelum terjadinya teror bom di Jalan MH Thamrin, dinilai sangat janggal. 

Analis militer Connie Rahakundini menyebut, ada sesuatu yang patut dipertanyakan keterkaitan di antara keduanya. Hal tersebut dianggap janggal karena travel warning yang dikeluarkan kedua negara berdekatan dengan tanggal kejadian teror bom. Selain itu, kondisi keamanan Indonesia pada 7 Januari 2015 relatif aman.

"Kenapa Amerika dan Australia mengeluarkan travel warning pada 7 Januari, seminggu sebelum kejadian?" ujar Connie di Jakarta, Selasa (19/1).

Kejanggalan lainnya, lanjut Connie, adalah pembatalan lawatan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adil Al-Jubair ke Indonesia untuk bertemu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sehari sebelum teror. "Al-Jubair membatalkan pertemuan dengan Menlu Indonesia 24 jam sebelum kejadian," ujar Connie.

Menurut dia, dua kejadian tersebut merupakan suatu ketidakwajaran dan bukanlah kebetulan semata. Seperti diketahui, Amerika Serikat mengeluarkan travel warning pada 7 Januari 2015 bagi warga negaranya yang hendak berkunjung ke Indonesia, khususnya ke Surabaya. Sementara Australia juga merilis travel advice ke Indonesia bagi warga negaranya.

Baca juga: Polisi Dinilai Terburu-buru Tuduh Bahrun Naim

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement