Rabu 27 Jun 2018 13:08 WIB

Sekjen PDI P: Kekuasaan Bukan Segalanya

Hasto menilai ada pihak yang melakukan beragam cara untuk menang.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menegaskan, kekuasaan dalam politik bukan segala-galanya. Kekuasaan, kata ia, tak harus didapatkan dengan segala cara.

"Kekuasaan hanyalah alat untuk mencapai tujuan yakni menerapkan program dan kebijakan guna mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur," kata Hasto Kristiyanto, melalui pernyataan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (27/6), menyikapi penyelenggaraan pilkada serentak tahun 2018.

Menurut Hasto, dalam mencapai kekuasaan, rakyatlah yang berdaulat karena memiliki kemerdekaan dalam memilih pemimpin.  Hasto melihat, pilkada serentak tahun 2018 ini kerap menampilkan ambisi kekuasaan yang luar biasa.

Ia berpendapat, ada pihak-pihak yang melakukan berbagai cara dan bahkan sampai berpikiran untuk memanipulasi daftar pemilih tetap (DPT), menggunakan alat penyelenggara pemilu yang seharusnya netral, politik uang, hingga menghilangkan hak pilih warga.

Baca juga,  Pesan Moral PBNU Jelang Pilkada Serentak 2018.

PDI Perjuangan, kata dia, sangat prihatin terhadap praktik politik menghalalkan cara tersebut. "Ambisi orang per orang dan kelompok menjadi begitu dominan, merusak keadaban politik nasional," katanya. 

Hasto juga menegaskan, menang atau kalah dalam pilkada tidak membuat demokrasi menjadi kiamat. Menurut dia, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri selalu berpesan bahwa menang dan kalah hanya lima tahun. 

"Kalah kita memperbaiki diri dan menang jangan korupsi. Lalu kenapa banyak yang menjadikan pilkada sebagai pertarungan hidup mati sehingga keadaban pun dikorbankan?" katanya.

Hasto juga mempertanyakan, mengapat hanya demi kekuasaan ada pihak-pihak yang ingin mempertaruhkan segalanya, termasuk kehendak bersama sebagai bangsa berideologi Pancasila.

"Semua pihak sebaiknya memperjuangkan kualitas demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jangan memprovokasi rakyat dengan pemikiran sempit. Demokrasi harus menjadi ukuran peradaban politik Indonesia," katanya.

Secara terpisah, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman bersyukur pilkada serentak di semua daerah berjalan sangat kondusif dan tak mengkhawatirkan. Di TPS, Sohibul Iman, istri dan anaknya sampai pukul 07.58 WIB.

Mereka menyambut para petugas TPS, saksi dan warga setempat.  "Alhamdulillah menurut laporan yang kita terima tidak ada hal yang mengkhawatirkan. Sebagaimana yang dikhawatirkan oleh beberapa pihak," kata Sohibul Iman usai melakukan pencoblosan di kawasan Depok, Jawa Barat, Rabu (27/6/2018).

Sohibul berkeyakinan bahwa masyarakat Indonesia sudah matang dan dewasa dalam berdemokrasi. Ia mencontohkan pilkada serentak putaran pertama 2015, yang jumlahnya 269 pilkada berjalan dengan baik. "Apalagi hari ini cuma 171 pilkada. Saya yakin akan berjalan dengan baik. Sampai hari ini berjalan dengan baik," ungkapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement