Kamis 16 Aug 2018 11:22 WIB

Hindari Kontroversi, Sidang MPR Undang Imam Besar Istiqlal

Imam Besar Masjid Istiqlal menjadi pembaca doa dalam Sidang Tahunan MPR 2018.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Nur Aini
Ketua MPR Zulkifli Hasan menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR di Gedung Kura Kura Parlemen, Senayan, Rabu (15/8)
Foto: dok. MPR RI
Ketua MPR Zulkifli Hasan menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR di Gedung Kura Kura Parlemen, Senayan, Rabu (15/8)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dipilih MPR sebagai pembaca doa dalam Sidang Tahunan MPR 2018 pada Kamis (16/8). Hal itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang biasanya doa dipimpin oleh anggota MPR.

Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan penunjukan Nasaruddin Umar sebagai pembaca doa untuk menghindari kontroversi. Hal itu karena doa dalam Sidang Tahunan MPR dua tahun berturut-turut kerap berakhir kontroversial.

"Mari kita berdoa bersama yang biasa dipimpin oleh anggota MPR tapi pengalaman tahun-tahun yang lalu doa jadi ramai. Oleh karena itu, tahun ini kita minta doa dipimpin oleh Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Imam Besar Masjid Istiqlal," ujar Zulkifli sebelum menutup Sidang Tahunan MPR di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8).

Dalam doanya, Nasaruddin mengajak semua pihak mensyukuri nikmat Tuhan yang Maha Esa. Nasaruddin juga berdoa agar bangsa Indonesia sabar, ikhlas, dan istiqomah dalam menghadapi cobaan kepada bangsa.

"Bimbinglah hambaMu, tak hanya bersikap kritis tapi santun. Bukan hanya berani melakukan kebenaran tapi takut melakukan pelanggaran, bukan hanya pandai melihat kelemahan orang lain, tapi pandai melihat kelemahan diri sendiri," ujar Nasaruddin.

"Bukan hanya mampu bicara banyak, tapi juga mampu berbuat banyak. Bukan hanya bisa jadi pemimpin yang baik, tapi bisa juga jadi rakyat yang baik," ujarnya.

Sebelumnya doa Sidang Tahunan MPR dalan dua tahun berturut-turut pada 2016 dan 2017 menuai polemik. Hal itu setelah doa yang dibacakan anggota MPR dari Fraksi Partai Gerindra Muhammad Syafii pada 2016 dan pada 2017 oleh anggota Fraksi PKS Tifatul Sembiring.

Doa yang dibacakan Syafii pada 2016 dianggap menyinggung outsourcing hingga diselipkannya sindiran ke sosok pemimpin tanah air.

"Jauhkan kami ya Allah dari pemimpin yang khianat, yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, yang kekuasaannya bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, dan seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat," kata Syafii dalam doanya.

Sementara pada 2017 lalu, doa yang dibacakan oleh Tifatul juga mendapat banyak sorotan. Itu lantaran dalam petikan doanya, Tifatul menyinggung fisik Presiden Jokowi dan menyinggung usia JK.

"Berilah petunjuk kepada Presiden Bapak Joko Widodo. Gemukkanlah badan beliau karena kini terlihat makin kurus. Ya Allah, bimbinglah Wakil Presiden kami Bapak Jusuf Kalla. Meskipun usia beliau sudah tergolong tua, tapi semangat beliau masih membara," kata Tifatul mendoakan Jokowi dan JK.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement