REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG- - Dinas Kesehatan Jawa Tengah mengakui pemberian air susu ibu eksklusif kepada bayi saat ini cenderung dipengaruhi gaya hidup, terutama di kota-kota besar.
"Dalam ASI mengandung zat yang memengaruhi daya tahan tubuh bayi dan balita, sehingga sangat penting diberikan secara eksklusif," kata Kepala Dinkes Jateng Anung Sugihantono di Semarang, Senin (27/5).
Hal tersebut diungkapkannya usai membuka seminar profesi bertema "10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui", di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) St Elisabeth Semarang.
Menurut Anung, pengetahuan tentang pentingnya ASI eksklusif sebenarnya sudah dimiliki masyarakat secara merata, baik di perkotaan maupun pedesaan, tetapi pengaruh gaya hidup di kota lebih besar.
"Misalnya begini, ibu-ibu yang bekerja dan lebih memilih memberi susu formula bagi anaknya ketimbang ASI. Padahal, bisa saja ibu tetap bekerja dan memberikan ASI ekslusif untuk anaknya," katanya.
Meski demikian, kata dia, kecenderungan gaya hidup semacam itu tidak merata di seluruh wilayah perkotaan, misalnya Tegal yang lebih baik pemberian ASI eksklusifnya dibanding Pekalongan dan Solo.
"Salatiga juga lebih konservatif dibanding Semarang. Karena itu, perlu dipetakan secara detail kondisi masing-masing wilayah sehingga bisa dilakukan intervensi ASI eksklusif secara baik," katanya.
Selain itu, ia mengatakan pemberian ASI eksklusif sebenarnya tidak hanya bergantung peran ibu, tetapi dipengaruhi faktor perilaku lain, yakni keluarga, tenaga kesehatan, dan produsen susu," katanya.
Suami atau keluarga, kata dia, sangat penting pengaruhnya dalam mendorong ibu memberikan ASI eksklusif tanpa membatasi kariernya dalam bekerja, misalnya dengan menyempatkan memeras ASI.
"Kampanye-kampanye yang dilakukan oleh media dalam pemberian ASI eksklusif juga sangat berperan, misalnya televisi-televisi lokal menayangkan iklan mendukung pemberian ASI eksklusif," kata Anung.