Rabu 11 Dec 2013 08:32 WIB

Suami Sering Selingkuh dan Menikah Lagi

Selingkuh/ilustrasi
Foto: telegraph.co.uk
Selingkuh/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Saya seorang ibu rumah tangga berusia 49 tahun, suami saya 45 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai manager pemasaran. Kami menikah sudah 19 tahun dan dikaruniai seorang anak (18 tahun) yang sekarang sudah kuliah tingkat I. Selama perkawinan, suami sudah tiga kali selingkuh dengan 3 wanita yang berbeda. Yang terakhir, hubungannya dengan wanita itu sangat serius bahkan sampai menikah dengan mengaku status masih bujangan.

Saya pasrah saja karena saya pikir perilaku suami saya sudah tidak bisa diubah lagi. Terus terang sejak 5 tahun terakhir ini kami tidak lagi berhubungan seksual. Tapi ia sama sekali tidak mau menceraikan saya karena menurutnya tidak ada alasan baginya menceraikan saya. Dan selama ini dia melihat saya sebagai ibu yang baik bagi anak saya dan istri yang baik baginya. Saya sendiri ingin bercerai namun menunggu samapi anak saya selesai kuliah dan bisa hidup mandiri. Pertanyaan saya:

1. Saya dan anak saya sebenarnya berencana untuk mendatangi rumah wanita itu untuk memintanya ''mundur'' meninggalkan suami saya. Apakah menurut Ibu hal ini perlu dilakukan? 

2. Saya juga tidak mengerti apakah laki-laki yang sudah menikah bisa menikah lagi secara sah dengan mengaku sebagai bujangan? 

Ibu Has Jakarta 

 

Jawaban:

Ibu Has, kami bisa memahami perasaan Ibu saat ini yang sedang menghadapi cobaan, di mana suami berselingkuh dengan wanita lain untuk kesekian kalinya. Kalau membaca surat Ibu yang menyatakan bahwa sudah hampir 5 tahun ini ibu tidak berhubungan seksual dengan suami, besar kemungkinan suami sampai menikahi wanita lain karena ia memang membutuhkan seks yang tidak bisa didapatkannya dari Ibu. Tampaknya suami memahami kalau Ibu enggan berhubungan intim dengannya karena perilakunya yang sudah beberapa kali berselingkuh dengan wanita lain.

Karena itu suami tidak memaksakan pada Ibu untuk memenuhi kebutuhan seksnya. Tapi bagaimanapun juga tampaknya suami Ibu ingin kebutuhan seksnya terpenuhi, maka ia pun menikah lagi (mungkin juga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang lain). Mengenai pertanyaan Ibu perlukan Ibu mendatangi istri muda suami dan memintanya untuk meninggalkan suami Ibu, hal ini sangat tergantung pada niat dan tujuan Ibu. Kalau Ibu berniat memperbaiki hubungan dengan suami dan mempunyai tujuan untuk mengembalikan keutuhan rumah tangga, hal itu mungkin saja dilakukan.

Tetapi cobalah Ibu bertanya pada diri sendiri, apakah Ibu bisa menerima suami dengan segala perilakunya selama ini? Bisakah Ibu melayaninya sebagaimana layaknya seorang istri melayani suami (termasuk memenuhi kebutuhan seksnya)? Dan apakah Ibu benar-benar masih menginginkan hidup bersama-sama dengan suami Ibu ini sampai akhir hayat Ibu?

Kalau jawabannya ya, tak ada salahnya ibu berjuang sekuat dan semampu ibu untuk mengembalikan keutuhan rumah tangga Ibu. Tetapi jika jawabannya tidak, untuk apa Ibu bersusah-payah mendatangi wanita itu? Dari surat Ibu saya menangkap bahwa Ibu sebenarnya sudah tidak respek lagi terhadap suami karena perilakunya itu. Dan Ibu sebenarnya tidak ingin hidup bersamanya lagi. Kalaupun sampai saat ini Ibu masih tetap bertahan, itu semata-mata karena putri tunggal Ibu. Ibu tidak ingin kuliah putri Ibu sampai berantakan.

Saran kami lebih baik saat ini Ibu memusatkan perhatian dan konsentrasi pada putri Ibu yang baru memasuki tahun pertama kuliahnya. Jadikanlah putri Ibu sebagai teman dan tempat bertukar pikiran sehingga Ibu tidak merasa kesepian. Ada baiknya Ibu mengikuti kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sosial atau keagamaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement