REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Karlina, Pengajar Gerakan KAMMI Mengajar
Terik matahari bersemayam di atas langit-langit biru Gunung Merapi. Pun begitu kesejukan masih menyelimuti pucuk Yogyakarta tersebut.
Merapi yang biasanya hening kini riuh oleh ibu-ibu dari lereng Merapi serta anak-anak muda dari Gerakan KAMMI Mengajar (GKM) dan Sekolah Pintar Merapi (SKM). Untuk meningkatkan kapasitas pengajar GKM, Ahad (14/7) diadakanlah "Pelatihan Mendidik Anak-anak Merapi" .
"Anak nakal itu yang bagaimana?" tanya sang fasilitator, Idzma dari KIDZSMILE Foundation. “Nakal itu yang tidak mau diatur”, ungkap salah satu peserta. Ada juga yang berujar nakal itusaat tidak mau berangkat sekolah. Ada jawaban unik dari salah satu peserta, “Nakal tu ya pas anak manjat-manjat pohon”.
Pengajar yang akrab disapa Kak Idzma itu merangkum nakal itu hanya masalah cap saja. Perilaku itu muncul karena adanya 'labeling' pada anak itu sendiri. Kak Idzma memperjelas setiap anak memiliki tahapan dalam belajar. Ia mencontohkan anak usia empat tahun namun belum bisa membaca. "Apa itu masalah? tidak, lha itu bukan tahapan belajar mereka," ungkapnya.
Sekelumit interaksi Kak Idzma dan pengajar adalah penanda GKM sudah beranjak dua tahun tiga bulan mendampingi anak-anak Merapi. Kini GKM juga mendampingi anak-anak korban erupsi Merapi di Plosorejo, Hunian Tetap Golf, dan Hunian Tetap Batur.
Ketua Departemen Sosial Masyarakat KAMMI UGM, Majid mengatakan berbagai macam kegiatan sudah dilakukan untuk mendampingi anak-anak Merapi. Untuk meningkatkan kapasitas pendamping, kegiatan training digalakkan untuk menambah semangat dan motivasi pengajar. "Untuk mengingatkan kembali landasan gerakan. Betapa mulianya menjadi pengajar anak-anak," ungkapnya.