Kamis 15 Aug 2013 11:27 WIB

Rindu Pagi di Ujung Syaban

Ramadhan (ilustrasi)
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Puisi Budi Sabarudin

Langit muram

Meratap ditinggal kekasih, Ramadhan

Aku pun meledak dalam tangis sejak malam hari

Sajadah basah usai tarawih hingga shalat Subuh

Aku tertegun merasakan dinginnya sahur dan imsak terakhir itu

Tamu Agung dengan lukisan seribu bulan

Sudah kurasakan di ujung jalan paling jauh

Bumi serupa bongkahan es

Ditingkap kabut terus-menerus

Inilah perpisahan paling pedih

Seperti gunung ditinggal pendaki

Dermaga tanpa kapal-kapal

Makam-makam tanpa peziarah

Dengan apalagi kubungkus luka diri

Ribuan hari dalam tazkiyatun nafs,

Setelah Ramadhan pergi, Tuhan?

Aku masih dan akan tetap rindu Pada kisah pagi paling cantik

Di ujung Syaban

Usai shalat Subuh di teras masjid

Dalam riang aku menunggu engkau:

Wajah yang selalu sejuk dengan embun-embun

Cirebon, 11 Agustus 2013

Budi Sabarudin, lahir di Desa Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Senang menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlah koran lokal, nasional, dan online. Sehari-hari bekerja sebagai jurnalis. Kini tinggal di Taman Royal 3, Jalan Akasia 3 AX1 No 8, Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Email : [email protected]

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement