REPUBLIKA.CO.ID, oleh Erdy Nasrul
@erdynasrul
Memberantas korupsi di Indonesia tak mudah. Mereka yang berkomitmen seperti itu pada akhirnya berujung kriminalisasi. Mereka diserang dengan berbagai kasus, seperti yang dialami Antasari Azhar Chandra M Chamzah, dan Bibit Samad Riyanto. Mereka adalah mantan pimpinan KPK
Pimpinan KPK saat ini mengalami hal serupa. Semua pimpinan dilaporkan ke Bareskrim Polri dan diproses sebagai tersangka. Sosok Ketua KPK, Abraham Samad, adalah yang paling disorot. Serangan terhadapnya terus terjadi.
Dia menghadapi tiga kasus sekaligus, dua diantaranya bahkan sudah masuk dalam laporan di Bareskrim Mabes Polri, yakni, kasus foto mesra bersama Elvira Devinamira, kasus ‘rumah kaca’ Abraham Samad, serta pemalsuan dokumen dan foto mesra dengan Feriyani Lim.
Kasus ‘rumah kaca’ Abraham Samad muncul pertama kali pada 22 Januari 2015 (sepekan setelah penetapan tersangka kepada Budi Gunawan atau sehari sebelum drama penangkapan Bambang Widjojanto). Adalah Pelaksana Tugas (plt) Sekretaris Jendral PDIP, Hasto Kristiyanto yang menggelar jumpa pers tentang pertemuannya dengan Abraham Samad saat Pilpres 2014 lalu.
Hasto mengklaim ada pelanggaran etika dan pidana sekaligus karena dalam pertemuan itu Abraham Samad sebagai pimpinan KPK aktif menjalin deal politik lewat serangkaian pertemuan karena berambisi menjadi calon wakil presiden untuk Joko Widodo. Meski sempat dibantah, Tjahjo Kumolo akhirnya mengakui hal itu, anggota PDIP lain seperti Asteria Dahlan juga menguatkan hal itu.
Upaya mengesankan bahwa Abraham Samad berambisi jadi wakil presiden dan merayu PDIP dan membarter dengan kasus Emir Moeis pun sulit dibuktikan apalagi pertemuan pertama dilakukan di rumah Abraham Samad.
Kasus tujuh foto mesra dengan Elvira muncul pada hari yang sama saat Komisi III DPR meloloskan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri, namun banyak diragukan keasliannya. Foto mesra lain Abraham Samad muncul dengan wanita yang diperkirakan adalah Feriyani Lim.
Seorang Politisi Nasdem Zainal Tahir sekaligus sahabat Abramam Samad mengaku mengambil foto tersebut menggunakan ponsel miliknya sendiri Hotel Clarion pada 3 atau 4 Februari 2007.
Ponselnya itu diakui sudah hilang pada tahun 2012 lalu di Senayan City hingga foto itupun akhirnya tersebar. Namun sejumlah kejanggalan terlihat lantaran ponsel Nokia E90 dirilis pada 11 Februari 2007 di Barcelona, Spanyol dan baru dijual resmi di Indonesia pada bulan Juni 2007. Lagi pula, kenapa Zainal tidak pernah mengeluarkan foto tersebut ketika panitia seleksi KPK memberikan kesempatan untuk masyarakat mengajukan sanggahan ketika proses seleksi dilakukan?
Kejanggalan serupa juga terlihat pada kasus yang dilaporkan oleh Feriyani Lim. Abraham Samad diduga secara ilegal memasukkan nama Feriyani ke dalam Kartu Keluarga miliknya.
Sejauh ini mabes Polri sudah menerbitkan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) atas terlapor Abraham Samad. Namun pihak Polri belum membubuhkan nama tersangka dalam surat tersebut. Belakangan kasus ini masih simpang siur, Dalam lampiran dokumen Feriyani di Makassar, perempuan cantik ini disinyalir memakai alamat Abraham Samad di Jalan Boulevard Rubi II, Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, Makassar.
Namun alamat tersebut saat ditelusuri adalah toko pernak pernik. Kasus pemalsuan dokumen ini pun terkesan dipaksakan, karena baru terungkap di tengah memanasnya kasus perseteruan KPK-Polri.
Masyarakat tak boleh tinggal diam menyikapi berbagai bentuk kriminalisasi seperti ini.