REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Bilal Ramadhan
Teka teki siapa yang akan diusung PDIP dalam Pilgub DKI 2017 akhirnya terjawab. PDIP menjatuhkan pilihan untuk mendukung pejawat Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama untuk maju sebagai calon gubernur di Pilgub Jakarta 2017 mendatang.
Tentunya pilihan ini bukan tanpa gejolak di internal PDIP. Gejolak ini karena disebut-sebut adanya dua kubu di internal PDIP antara kubu Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo yang mendukung Ahok dengan kubu Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang kabarnya ingin mengusung kader PDIP untuk menjadi cagub.
Salah satu nama kader PDIP yang kuat terdengar untuk maju ke Pilgub DKI adalah Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Bahkan di internal PDIP juga sudah membentuk barisan pendukung untuk Risma dan belakangan dukungan ini sudah memasangkan Risma bersama Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo sebagai cagub dan cawagub DKI.
Pada aksi di depan kantor PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, 15 September 2016 lalu, barisan pendukung Risma-Yoyok ini tegas menolak wacana dukungan PDIP terhadap Ahok. Barisan pendukung Risma-Yoyok juga mengancam akan meninggalkan PDIP jika tetap mengusung Ahok.
Selain terbelah menjadi dua kubu, PDIP memang dihadapkan situasi pelik bak memakan buah simalakama. Jika Risma ‘diboyong’ ke Pilgub DKI, maka otomatis Pemerintahan Kota Surabaya akan jatuh ke tangan Wakil Wali Kota Surabaya, Wisnu Sakti Buana.
Dalam perbincangan dengan salah satu politikus PDIP di sebuah kesempatan, politikus ini mengakui kurang cakapnya Wisnu dalam bekerja menangani permasalahan di Surabaya. Senada juga diungkapkan sejumlah wartawan yang meliput di Surabaya yang mengatakan hal yang sama terkait Wakil dari Risma tersebut.
Maka dengan ‘mengambil’ Risma ke Jakarta maka pertaruhannya adalah nasib 2,7 juta warga Kota Surabaya (pada 2010) yang akan dipimpin pemimpin yang kurang cakap. Warga Surabaya juga pernah menyampaikan penolakannya terhadap rencana Risma untuk diusung menjadi DKI 1.
Jauh-jauh hari, Risma juga terlihat tidak antusias untuk diusung menjadi cagub DKI. Berulang kali Risma mengatakan ia menyerahkan keputusan tersebut kepada DPP PDIP. Ia sendiri mengaku tidak ‘haus’ akan jabatan tersebut.
Risma juga sepertinya enggan untuk ‘berhadapan’ dengan Ahok. Beberapa waktu lalu, Ahok sempat ‘menyerang’ Risma dengan menyebut Kota Surabaya hanya sebesar Jakarta Selatan dan pembangunan bagusnya trotoar di Surabaya tidak dalam waktu singkat. Risma berang dan mengatakan Ahok tidak perlu takut dengannya untuk maju di Pilgub DKI.
Di sisi lain, jika PDIP memilih untuk mengusung Ahok pasti akan ada gejolak di internal partai. Selama ini Jokowi memang dikenal dekat dengan Ahok sejak sama-sama maju di Pilgub DKI 2012 lalu.
Jokowi-Ahok berhasil menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. Kemudian Ahok menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi yang menjadi Presiden RI periode 2014-2019.