REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Andri Saubani
Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) pada pertemuan di Zurich, Swiss, Selasa (10/1) lalu telah resmi memutuskan menambah jumlah peserta Piala Dunia menjadi 48 tim. Penambahan 16 tim akan mulai berlaku pada Piala Dunia 2026. Keputusan FIFA ini pun segera menyulut kontroversi lantaran ada pihak yang pro dan kontra.
Presiden FIFA Gianni Infantino sebagai penggagas utama format 48 tim, menginginkan Piala Dunia nantinya terbagi ke dalam 16 grup yang terdiri dari masing-masing tiga negara per grupnya. 32 tim terbaik dari babak kualifikasi kemudian berlaga pada fase knockout yang mengakibatkan laga Piala Dunia dari biasanya sebanyak 64 laga menjadi 80 pertandingan. Namun, semua laga itu harus rampung dalam 32 hari masa turnamen.
Infantino tidak memberikan garansi masa depan apapun atas keputusan penambahan peserta Piala Dunia. Yang pasti, menurutnya, keputusan FIFA ini akan menambah peluang banyak negara merasakan putaran final Piala Dunia, khususnya negara-negara yang selama ini tidak memiliki basis timnas yang kuat. Di sisi komersial, penambahan jumlah laga diprediksi akan menambah pendapatan hingga 1 miliar dolar AS.
Keputusan FIFA ini ditentang oleh kebanyakan negara Eropa yang selama ini menjadi raja sepak bola dunia, seperti Jerman dan Italia. Mereka yakin, penambahan jumlah negara peserta akan menurunkan mutu turnamen. Namun sebaliknya, negara-negara dari Afrika dan Asia menyambut gembira lantaran ada tambahan kuota di tiap benua. Enam benua baru akan mengetahui berapa tambahan jatah negara yang bisa lolos ke putaran final pada Mei nanti.
Penyesalan negara-negara Eropa atas keputusan 48 tim Piala Dunia bukannya tanpa dasar. Mereka merujuk pada Piala Eropa 2016 yang untuk pertama kalinya berisi 24 negara dari sebelumnya 16 hanya peserta. Keputusan UEFA menambah jumlah tim peserta Piala Eropa berakibat 'tim kecil' berkesempatan lolos dari babak penyisihan grup. Selain itu, adanya hak bagi empat tim di posisi tiga terbaik sempat mengakibatkan penundaan pengumuman siapa saja tim yang berhak lolos ke perdelapan final.
Albania sempat menunggu selama tiga setelah laga terakhir mereka di Grup A sebelum akhirnya mengetahui bahwa mereka tereliminasi. Inggris dan Kroasia belum bisa mengetahui siapa lawan mereka pada babak 16 besar hingga menit-menit terakhir laga penyisihan grup lain. Sementara, Irlandia Utara bisa lolos dari Grup C meski kalah dua kali dari tiga laga yang dimainkan.
Argumentasi penurunan kualitas turnamen akibat penambahan jumlah perserta Piala Eropa memang sejalan dengan fakta di lapangan. Beberapa laga di babak penyisihan menjadi membosankan karena berakhir imbang tanpa gol. Adanya kesempatan lolos fase grup dengan menjadi tim di posisi tiga terbaik membuat beberapa tim 'bermain aman' untuk hasil seri satu angka. Atas fakta ini, Infantino menawarkan aturan adu penalti pada setiap laga imbang mulai dari babak penyisihan grup.
Kondisi di atas juga bisa dirujuk dari statistik gol pada babak penyisihan Piala Eropa 2016. Di samping laga antara Portugal dan Hungaria yang berakhir imbang 3-3, rata-rata gol per pertandingan di turnamen kali ini adalah 1,92 gol. Bandingkan dengan rata-rata gol babak penyisihan pada Piala Eropa 2012 yang mencapai 2,45 gol dan 2,48 gol pada Piala Eropa 2004 dan 2006. Berdasarkan hitungan ESPN FC, rata-rata gol per laga di Piala Eropa 2016 adalah yang terendah selama kurun 20 tahun terakhir.
Bagi negara dari Afrika dan Asia, penambahan jumlah peserta seperti meredefinisi kata ‘dunia’ dari nama merek Piala Dunia itu sendiri. Turnamen empat tahunan itu diyakini tidak akan melulu jadi panggung negara-negara elit Eropa dan Amerika Latin, tapi refleksi dari pesta ragam negara di dunia.
Menyusul keputusan FIFA, benua Afrika dan Asia diprediksi akan mendapat tambahan jatah empat wakil yang bisa lolos ke putaran final. Gampangnya, jika melihat ranking FIFA, negara seperti Uni Emirat Arab (peringkat 64), Cina (82), dan Qatar (87) sudah pasti lolos karena mereka berada di sembilan besar peringkat FIFA dari Asia. Belakangan Thailand (126) pun mulai bisa ‘bersaing’ dengan negara-negara langganan Piala Dunia.
Indonesia (171) sebagai bagian dari Asia yang nantinya bisa mengirim hingga sembilan negara ke Piala Dunia, secara matematis pun, seharusnya bertambah juga peluangnya. Namun, apakah peluang itu hanya tinggal menjadi hitungan harapan atau target masa depan? Atau bangsa ‘gila bola’ ini hanya akan selamanya menjadi penonton Piala Dunia? Kepengurusan baru PSSI sekarang ini mungkin punya jawabannya.