REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Purnama Putra, Wartawan Republika
Man behind the gun. Falsafah itu sepertinya sangat pas disematkan kepada para prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang menorehkan prestasi mentereng dalam setiap ajang menembak di luar negeri. Dengan mengandalkan senjata buatan anak bangsa produksi PT Pindad, kontingen TNI AD mampu mengharumkan bangsa dalam ajang menembak militer internasional.
Setelah memenangkan ajang ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) 2018 di Malaysia, delegasi TNI AD meraih juara umum lomba tembak Australian Army Skill At Arms Meeting (AASAM) 2019 di Negara Bagian Victoria, Australia. Khusus untuk AASAM, prestasi itu ditorehkan untuk yang ke-12 kalinya secara beruntun! Sebuah pencapaian luar biasa yang sulit ditandangi militer negara lain, yang bahkan selama ini dikenal memiliki peralatan modern.
Dari 20 negara yang ikut dalam ajang tersebut, kontingen Merah Putih mengumpulkan 21 medali emas, 14 perak, dan 10 perunggu. Capaian itu memang menurun dibandingkan AASAM 2018, yaitu 38 emas, 18 perak, dan 13 perunggu.
Bisa jadi, perlombaan semakin kompetitif sehingga pengumpulan medali pada tahun ini berkurang dibandingkan tahun lalu. Atau mungkin, kontingen negara lain mulai mendekati kemampuan prajurit TNI AD, meski belum sampai melampauinya. Namun, tetap saja anggapan mempertahankan lebih sulit daripada merebut berhasil dilewati prajurit TNI AD yang tetap bisa berdiri di pucuk podium.
Melihat deretan pesaing TNI AD, bisa mengungguli tuan rumah maupun negara superpower macam, Amerika Serikat (AS), dan negara anggota NATO, yaitu Prancis, jelas sebuah pencapaian gemilang. Adapun, peserta lain yang dikalahkan dan masuk 10 besar, meliputi Malaysia, Selandia Baru, Korea Selatan, Kanada, Jepang, dan Vietnam.
Kolaborasi TNI-Pindad
Dalam sebuah kesempatan, Jenderal Mulyono ketika masih aktif menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menuturkan, prestasi itu tergapai berkat sebuah kombinasi yang dirancang dalam jangka panjang dan tidak datang tiba-tiba. Dia juga mengakui, ada peran PT Pindad dalam rangkaian kemenangan kontingen TNI AD.
Beberapa faktor yang membuat TNI AD dapat berjaya, yaitu sistem pembinaan TNI AD yang unggul, prajurit yang sangat terlatih, serta senjata dan munisi yang andal. Alhasil, tidak ada prajurit yang mahir dari kebetulan dalam mengikuti AARM maupun AASAM. Semua prestasi yang dicapai delegasi Indonesia hasil dari kerja keras dan semangat pantang menyerah, serta sinergi matang semua unsur terkait. Karena itu, senjata yang berada di tangan yang tepat sanggup membuahkan hasil terbaik.
Kalau ditarik kesimpulan, peran Pindad dalam menyediakan munisi yang dipakai personel ikut berkontribusi memberikan kemenangan dalam kompetisi menembak tersebut. Pasalnya selama perlombaan kontingen Indonesia bisa nyaman dalam menggunakan senjata, sehingga presesi ketika menembak sasaran. Hal itu lantaran senjata yang dipakai itu dibuat melalui riset dan disesuaikan dengan karakteristik prajurit TNI AD.
Tidak mengherankan, kemenangan demi kemenangan yang digapai kontingen TNI AD sampai membuat frustrasi negara lain. Hingga pada suatu titik, ada peserta yang curiga kalau senjata yang dipakai TNI AD, yaitu yaitu Karaben SS2 V2 Heavy Barrel, Senapan SS2 V4 Heavy Barrel, serta munisinya, dianggap tidak standar. Salah satu personel TNI AD di Mabesad ketika akan mendapat apresiasi dari KSAD, pernah bercerita kepada penulis, negara pesaing itu sampai meminta panitia untuk membongkar senjata yang dipakai delegasi Indonesia.
Hal itu dapat dimaklumi, karena negara lain pasti iri dengan pencapaian fenomenal militer Indonesia yang setiap tahun terus mempencundangi mereka. Tetapi, berbagai dugaan buruk itu tidak dapat dibuktikan, karena tak ada yang dilanggar oleh TNI AD. Alhasil, prestasi juara umum tidak tergoyahkan dan semakin menahbiskan posisi Indonesia sebagai yang terbaik di ajang lomba menembak militer.
Direktur Utama Pindah Abraham Mose sempat menyinggung, prestasi yang didapat kontingen Indonesia juga buah sinergi yang terjalin lama antara industri pertahanan dalam negeri dan TNI AD untuk menghasilkan produk andal. Sehingga, senjata yang dihasilkan dan digunakan untuk kompetisi juga dimodifikasi sesuai dengan masukan dari petembak.
Simak saja pengakuan salah satu kontingen di AASAM 2019, yaitu Lettu Inf Safrin Sihombing, yang menyebut, prestasi yang diraih TNI AD tidak mungkin didapat tanpa adanya dukungan dan komitmen dari pimpinan AD dan Pindad. Pasalnya, baik senjata, munisi, maupun suku cadang yang digunakan dalam kompetisi menjadi bukti TNI AD memiliki kualitas terbaik. Hal itu jelas membanggakan prajurit lantaran peralatan itu semua dibuat di dalam negeri.
Meski begitu, tetap saja ada masukan bagi Pindad supaya senjata yang dipakai bisa bersaing untuk jangka panjang. Peningkatan kualitas dan endurance harus terus ditingkatkan supaya menjadi faktor yang memudahkan prajurit dalam menggunakannya untuk menembak sasaran. Dengan pembinaan berkelanjutan dua lembaga itu maka menjadi kunci untuk menghasilkan petembak terbaik dengan senjata berkualitas tinggi.
Dengan begitu, Pindad harus terus didorong supaya berinovasi mengembangkan dan memperbaiki performa senjata. Tujuannya agar setiap tahunnya, senjata yang digunakan kontingan TNI AD dapat diandalkan performanya untuk menghasilkan tembakan presesi dan menghasilkan prestasi di kompetisi menembak internasional.
Harumkan Indonesia
Sinergi dua lembaga itu secara tidak langsung ikut berkontribusi membangun negeri secara konkret, karena mengharumkan Indonesia di mata negara lain. Karena di saat negeri ini dianggap minim prestasi di dunia internasional, TNI AD setahun dua kali secara rutin membawa kabar baik dari luar negeri. Mereka bisa mengibarkan Merah Putih dalam ajang bergengsi di antara negara-negara yang tergolong maju.
Hal itu menjadi bukti, kemampuan militer Indonesia tidak pernah sedikit pun mengendur di tengah hingar bingar perpolitikan yang membuat gaduh bangsa ini. TNI, khususnya AD tetap fokus dengan tugasnya dan terus berlatih menjadi prajurit profesional.
Di tengah perjalanan bangsa Indonesia yang menghadapi tantangan ekonomi dan terpuruknya prestasi olahraga di berbagai ajang internasional, TNI AD hadir bagaikan secercah cahaya di tengah kegelapan. Menjadi juara di tengah persaingan ketat lomba menembak membuktikan kemampuan militer yang dimiliki bangsa ini sangat terlatih. Para prajurit yang digembleng secara serius itu bisa menahbiskan diri sebagai petembak terbaik.
Upaya militer negara lain yang selalu ingin merebut peringkat satu selalu kandas di tangan prajurit-prajurit TNI AD yang memiliki rekam jejak bagus dalam ajang tersebut. Kondisi itu mau tidak mau memaksa militer negara lain mengakui kemampuan militer Indonesia, yang terus berjaya dalam periode cukup lama.
Prestasi itu juga bisa menjadi pesan bagi negara lain untuk menaruh respek kepada TNI AD. Pasalnya, dalam setiap adu kompetisi, mereka selalu berada di belakang TNI AD. Sehingga hal itu memaksa mereka untuk tidak berani macam-macam, dan malah menyimpan keinginan untuk belajar langsung kepada TNI AD agar tak semakin tertinggal.
Khusus untuk Pindad, karena TNI AD terus menjadi pemenang maka otomatis senjata buatan dalam negeri itu akan semakin dikenal negara lain. Pastinya, banyak kontingen lain yang ingin membeli dan kemudian mempelajari senjata itu untuk digunakan guna mendukung pencapaian kontingen militer negerinya.
Hal itu berdampak dengan promosi tidak langsung, karena senjata yang dihasilkan PT Pindad sudah terbukti dapat diandalkan. Konsekuensinya, karena sudah sudah punya nama, senjata itu tentu akan laris dibeli negara lain.
Semoga saja jalinan kerja sama yang saling menguntungkan itu dapat terbina dengan baik. Sehingga ke depannya, bukan cuma TNI AD dan Pindad yang dapat mengukir prestasi, melainkan juga industri dalam negeri lain yang berkolaborasi dengan TNI AL, dan AU, serta Polri, dapat mengikuti jejak membuat bangga Indonesia.