Selasa 06 Dec 2016 06:32 WIB

Guru di Bener Meriah Dapat Pelatihan Manajamen Kepemimpinan

Guru dan Kepala Sekolah di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, mendapat pelatihan manajemen kepeimpinan dan penilaian kurikulum 2013 oleh Komunitas Ruang Berbagi Ilmu
Foto: Rubi
Guru dan Kepala Sekolah di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, mendapat pelatihan manajemen kepeimpinan dan penilaian kurikulum 2013 oleh Komunitas Ruang Berbagi Ilmu

REPUBLIKA.CO.ID, BENER MERIAH, ACEH -- Guru dan kepala sekolah menengah pertama (SMP) serta madrasah tsanawiyah (MTs) se-Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh mendapat pelatihan tentang "Manajemen Kepemimpinan dan Penilaian Kurikulum 2013". Kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) ini berlangsung pada 19 hingga 20 November lalu di SMPN 1 Wih Pesam.

Ketua Panitia Ruang Berbagi Ilmu Bener Meriah, Jamaluddin, mengatakan, pelatihan ini membantu program kerja Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) untuk meningkatkan kualiatas tenaga pendidik, pelayanan pendidikan dan mutu pendidikan di Kabupaten Bener Meriah.

"Relawan narasumber membagikan materi motivasi diri, leadership and management, pembelajaran dan penilaian Kurikulum 2013 kepada para peserta," ujar Jamaluddin, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (5/12).

Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) merupakan gerakan kerelawanan yang mengajak para profesional dari berbagai latar belakang, untuk terjun langsung dalam usaha peningkatan kapasitas tenaga pendidik di seluruh Indonesia. Dalam kegiatan ini Ruang Berbagi Ilmu turut dibantu oleh Pengajar Muda Aceh Utara dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kabupaten Bener Meriah.

Chikita Fawzi, relawan narasumber dari Jakarta mengatakan, Kurikulum 2013 (K-13) berusaha menjawab tantangan meningkatkan karakter siswa. Guru bebas berkreasi atas proses pembelajarannya.

“Beberapa guru ada yang menilai prosesnya susah karena awalnya K-13 modelnya scientific (sistematis) sehingga susah diterapkan. Revisi yang sekarang tidak susah lagi, bisa diinovasi,” ujarnya.

Kurikulum 2013 yang baru, kata Chikita, tidak hanya scientific (project based learning, problem based learning), tapi juga inquiry atau guru bukan satu-satunya sumber belajar, siswa yang mengeksplorasi ilmu pengetahuan.

“Ada banyak hal yang dapat digunakan siswa menjadi sumber belajar, seperti buku, media, alam, lingkungan dan guru. Di sini ditekankan bahwa fasilitas bukan hambatan. Hambatan teknologi informasi dan lainnya bisa diganti dengan media pembelajaran lain. Misalnya kalau di desa, tidak ada laboratorium, bisa langsung meneliti ke hutan,” ujarnya.

Agar kegiatan ini tetap berlajut, para guru dan kepala sekolah telah membentuk kepanitiaan baru untuk merencanakan pelaksanaan Ruang Berbagi Ilmu Bener Meriah selanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement