RAFAH -- Serangan jet tempur militer Israel kembali menyasar sekolah milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ahad (3/8). Kali ini, rudal Israel mengenai sekolah PBB yang berada di Rafah, selatan Gaza.
Akibat serangan ini, 10 warga Gaza tewas dan sekitar 30 lainnya terluka. Tragisnya, menurut sejumlah saksi mata yang dikutip BBC, serangan itu mengenai warga yang sedang mengantre makanan di pintu gerbang halaman depan sekolah.
Saksi mata lain yang dikutip dari the Guardian mengungkapkan, bom itu meledak sekitar pukul 10.30 pagi di luar gerbang sekolah persiapan khusus untuk anak laki-laki. Saat itu, sekelompok anak dan orang dewasa mengantre membeli kue.
Foto:Hatem Moussa/AP
Anggota keluarga melarikan diri dari lingkungan Shijaiyah Gaza City yang datang di bawah api sebagai Israel melebar serangan darat terhadap Hamas di Jalur Gaza utara pada Minggu, Juli 20, 2014.
Direktur Operasi Badan PBB yang mengurusi Pengungsi Palestina (UNRWA) Robert Turner mengaku, tidak mengerti bagaimana bisa Israel menyasar sekolah milik PBB yang telah dilalui jet-jet tempurnya berkali-kali tersebut. "Israel mengetahui, tempat kami merupakan penampungan pengungsi. Bagaimana bisa ini terus terjadi. Saya benar-benar tak mengerti," kata Turner.
Pada Rabu (30/7) jet tempur Israel mengebom sekolah PBB di Jabaliya, utara Gaza, yang menewaskan 16 orang dan 90 lainnya terluka.
Pekan sebelumnya, 15 warga Gaza tewas dan sekitar 200 lainnya terluka akibat serangan Israel mengenai sekolah PBB di Beit Hanun. Saat itu, tempat bermain anak-anak sedang dipenuhi anggota keluarga yang mengungsi dengan asumsi lokasi tersebut tempat teraman dari serangan tentara Zionis.
Juru Bicara UNRWA Chris Gunness mengatakan, semestinya militer Israel sudah dibekali dengan peta koordinat yang presisi untuk menunjukkan mana lokasi sekolah PBB yang kini menjadi tempat penampungan pengungsi warga Gaza tersebut. "Tragisnya lagi, kematian berlipat dan yang terluka bertambah. Ini situasi yang tak bisa diterima. Kami kan organisasi tak bersenjata," kata Gunness.
Kolega Gunness di UNRWA, Adnan Abu Hasna, menambahkan, sekolah PBB itu didesain untuk bisa menampung pengungsi hingga 3.000 orang. "Yang tewas dan terluka ada di dalam dan luar sekolah, termasuk staf UNRWA," kata Hasna.
Akibat bom tersebut, lubang besar terbentuk dengan lebar sekitar delapan meter dari gerbang sekolah. Darah pun tampak berceceran di lantai halaman sekolah.
Sejumlah pengungsi di sekolah itu berasal dari timur Rafah. Wilayah tersebut dibombardir hebat oleh Israel sejak Jumat. Sedikitnya, 100 orang tewas di daerah Rafah akibat serangan militer Zionis itu.
Serangan pada Ahad ini juga menyasar sebuah rumah di daerah Tel al-Sultan dekat daerah Rafah. Di dalam rumah itu terdapat 10 anggota keluarga Al-Ghoul. Akibat serangan ini, seluruh anggota keluarga itu meninggal bersamaan dengan hancurnya rumah mereka.
Pada Sabtu malam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan sinyal akan mengurangi serangan ke Gaza. Pengenduran serangan itu sejalan dengan target penghancuran terowongan yang dianggap sukses.
Bencana kesehatan
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, selama 27 hari agresi Zionis, sudah 1.740 warga Gaza tewas dan 9.080 lainnya terluka. PBB mengingatkan adanya ancaman bencana kesehatan di Gaza seiring dengan lumpuhnya layanan medis.
Chris Gunness mengatakan, layanan kesehatan di Gaza hampir ditutup dan di ambang kehancuran. "Setidaknya, setengah dari klinik kesehatan masyarakat di Gaza telah ditutup," katanya.
Fasilitas kesehatan yang ada pun kini kewalahan membantu warga Gaza yang terluka akibat gempuran membabi buta tentara Zionis. Gunness juga memperingatkan adanya ancaman nyata penyakit menular akibat kurangnya air bersih dan sanitasi yang sangat buruk. rep:ap/reuters/c64/dessy suciati saputri ed: nur hasan murtiaji