Polisi membawa dua petugas kebersihan Jakarta International School (JIS) ke JIS Pondok Indah (Pie) pada Selasa (15/4). Keduanya adalah Azwar (27) dan Zainal Abidin (28). Seperti diceritakan pengacara Azwar, Irfan Rahmi, pada Republika, ternyata Azwar dan Zainal dibawa ke satu ruang kelas taman kanak-kanak. Awalnya tak ada yang heboh. Tapi, selang beberapa detik kemudian satu bocah yang diketahui bernama Ak (6) histeris melihat Azwar dan Zainal. Si bocah berteriak-teriak jeri.
Polisi segera mengeluarkan Azwar dan Zainal dari ruang kelas itu. Tapi, raungan dan teriakan Ak masih terdengar sampai di luar kelas.
"Saya ditunjuk-tunjuk (oleh Ak). Saya nggak tahu, kenapa dia (Ak) menunjuk-nunjuk saya,’’ kata Azwar, seperti diceritakan Irfan kepada Republika, Sabtu (3/5). Azwar dan Zainal kemudian diperiksa lagi di unit Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Polda Metro Jaya seusai bertemu Ak. Di situ polisi mendesak Azwar untuk mengaku menyodomi Ak. Tapi, kata Irfan, Azwar terus membantah.
Sampai akhirnya penyidik menunjukkan hasil tes laboratorium darah dan cairan kelamin dari Klinik Bio Medika Jakarta Barat. Azwar memang diperiksa di tempat ini pada Senin (7/4). Diceritakan Irfan, penyidik ketika itu mengatakan kepada Azwar, ‘’Sudahlah, kamu (Azwar) mengaku saja, ini kamu (menurut hasil laboratorium) kena herpes.’’ Tapi, Azwar bergeming. Kepada Irfan, Azwar mengatakan tak mengerti apa yang dimaksud ‘mengaku saja’ oleh penyidik.
Herpes memang menjadi salah satu bukti polisi menjerat para petugas kebersihan JIS. Dari hasil visum korban Ak dan hasil cek darah dan cairan kelamin para petugas kebersihan, ada kesamaan penyakit yang mereka derita yaitu herpes.
Polisi menjadikan Azwar sebagai tersangka pada 26 April. Ini setelah polisi mengumpulkan lima tahanan lainnya, yaitu Virgiawan Amin alias Awan, Agun Iskandar, Zainal Abidin, Syahrial, dan Afrischa Setyani di ruang PPA. Penyidik mengonfrontir keterangan kelimanya dan bertanya apakah masih ada pelaku lain. Zainal menjawab Azwar adalah pelaku lainnya. Polisi langsung menjemput Azwar pada Sabtu 26 April dini hari.
"Pas Azwar sampai (di ruang pemeriksaan) penyidik langsung bilang, ‘berapa kali /i(Azwar)’?" cerita dia. Awan kepada Republika menceritakan ketika itu Azwar mengatakan kepada penyidik akan ketidakpahamannya atas pertanyaan tersebut. "Berapa kali apanya Pak?" kata dia.
Awan dan Agun mengatakan penyidik menggunakan kekerasan untuk memeras keterangan dari Azwar. Pemeriksaan Azwar disaksikan rekan lainnya. Sampai menjelang pagi barulah Azwar mengaku dengan mengatakan, "Iya Pak. Sama temen-temen." Awan mengingat, Azwar sempat emosi kepada para tahanan lain soal keterlibatannya. "Kenapa gue yang dibawa-bawa. Gue gak tahu apa-apa," kata Agun mengutip Azwar. Agun menjawab bahwa nama Azwar dibawa oleh Zainal, barulah Azwar diam.
Pemeriksaan Azwar dan tahanan lain berlanjut hingga Sabtu menjelang siang. Namun, Azwar tak bisa menjawab lantaran tak mengerti apa yang mesti dia ceritakan. Akhirnya, kata Agun, pemeriksaan Azwar dituliskan dengan cara menanyai tersangka lain.
Menjelang siang, Azwar minta izin buang air besar. Ada penyidik bernama Yunus di ruangan tersebut. Kata Agun, penyidik itu yang mengantarkan. Hanya berselang beberapa menit, dari ruang sidik PPA itu terdengar bunyi benda jatuh ke lantai. Bunyinya cukup keras, sebab membuat semua penyidik di ruangan penyidikan keluar.
Tak lama, terdengar kabar Azwar jatuh di lantai toilet. Kabar tersebut pun dikatakan Agun berubah-ubah. Tapi akhirnya dikatakan penyidik, Azwar minum cairan pembersih lantai. "Katanya minum Porstex (salah satu merek pembersih lantai)," kata Agun. Namun seingatnya di toilet itu yang ada justru cairan pembersih merek Wipol. "Saya kan cleaning service. Saya tahu di situ itu pakai Wipol. Kalau pakai Porstex kan baunya beda," katanya.
Sementara Irfan baru tahu kliennya meninggal pada Sabtu petang. Ia datang ke Polda Metro Jaya sejak siang. Ia sempat melihat Kabid Humas Polda Metro Jaya Rikwanto mengadakan jumpa pers terkait tersangka kasus dugaan sodomi JIS. Jumpers itu juga menghadirkan lima orang. Irfan mengira salah satunya adalah Azwar. Namun, ia kaget ketika penyidik mengatakan Azwar justru berada di Dokkes (Kedokteran dan Kesehatan) Polda Metro Jaya sejak siang.
Sabtu malam, penyidik mengatakan pada Irfan bahwa kliennya ada di RS Polri Pasar Rebo. Irfan menghubungi keluarga Azwar dan berjanji bertemu di RS Polri. Sesampainya di RS Polri Irfan mendapat kabar bahwa Azwar sudah masuk ruang forensik.
Mendengar petunjuk itu, Irfan pun mengatakan seolah dipaksa yakin bahwa Azwar memang sudah tak bernyawa. ''Kalau di ICU (seseorang) masih ada nyawa. Tapi kalau sudah di forensik, saya tahu. Lewat (meninggal) ini urusan,'' kata Irfan.
Irfan tak berani menyimpulkan apa penyebab kematian Azwar. Sebab, dia pun tak mengurusi hal tersebut. "Itu urusan kepolisianlah." Tapi, dia memberikan gambaran fisik kondisi jenazah kliennya itu. Dia mengingat jenazah Azwar di hadapannya, menampakkan bagian rahang pipi dan dagu yang menggemuk. Irfan lebih memilih kata gemuk itu ketimbang menilainya sebagai bentuk fisik yang lebam. Begitu juga dengan bibir jenazah yang membiru dan pecah-pecah. Bagian berbeda juga tampak dari kelopak mata bagian kiri. "Kelopak mata kirinya itu biru-biru."
Kepada Republika Irfan menunjukkan sertifikat bukti kematian Azwar ditandatangani atas nama dokter forensik di RS Polri Kramat Jati Dr Arif Wahyono. Akan tetapi, terlihat tidak ada menuliskan keterangan waktu kematian. Irfan menunjukkan sertifikat kematian tersebut dengan memperlihatkan pada poin 9A tentang keterangan waktu kematian.
Tertulis jelas tanggal kematian Azwar pada 26 bulan 04 tahun 2014. Akan tetapi, keterangan kelanjutan tentang waktu tidak dituliskan. Menurut Irfan, tidak terisinya keterangan waktu yang jelas pada sertifikat tersebut, mengindikasika ada yang tidak beres dengan kematian Azwar.
Ketika Irfan menanyakan kosongnya keterangan waktu tersebut kepada petugas rumah sakit ataupun penyidik di kepolisian, dia malah diminta untuk mengisi sendiri keterangan waktu tersebut. ‘’Nah, ini kan aneh. Masa kita yang disuruh isi sendiri kolom waktu itu,’’ keluh Irfan. rep:bambang noroyono ed: stevy maradona