REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Industri halal terus berevolusi dari waktu ke waktu. Pada 1970-an, industri halal hanya mencakup makanan halal semata. Sedangkan pada 1990-an, industri halal mulai merambah ke bisnis keuangan syariah. Seiring berjalannya waktu, industri halal tidak hanya terbatas pada makanan halal dan keuangan syariah semata. Saat ini, industri halal berevolusi masuk gaya hidup (life style). “Sokongan teknologi memungkinkan kaum Muslim di dunia melakukan perbedaan dan masuk ke pasar yang belum disentuh,” ujar Presiden Direktur PT Sofyan Hotels Management & Consultant BA Hadisantoso di Jakarta pekan lalu.
Saat ini, populasi Muslim mencapai 20 persen dari total jumlah penduduk di dunia atau sekitar 1,6 miliar penduduk hingga 1,8 miliar penduduk. Penduduk Muslim banyak berada di Asia. Berdasarkan Pew Research Center, pada 2030 populasi Muslim dunia diprediksi meningkat menjadi 26 persen. “Walau Indonesia adalah negara dengan Muslim terbanyak, tetapi bagaimana kekuatannya? Ini penting karena akan mengubah siklus kebutuhan gaya hidup syariah,” ujarnya.
Bagi Sofyan Hotel sendiri, syariah adalah menjauhi segala sesuatu atau apa pun yang merusak (mudharat) bagi kemanusiaan. “Melihat kata kunci syariah tersebut, dapat kita pahami bahwa syariah tidak hanya baik untuk Muslim, tapi juga untuk non-Muslim,” kata Hadisantoso.
Ia berujar, beralihnya suatu bisnis ke bendera syariah tidaklah mempersempit pasar, justru sebaliknya akan memperluas keuntungan. “Omzet Mc Donald Melbourne, Australia, meningkat ketika melakukan sertifikasi halal. Begitu juga dengan salah satu restoran di Perancis, omzetnya menjadi berlipat ganda,” ujarnya.
Lembaga survei Mintel, Inggris, menyatakan bahwa penjualan daging halal di Inggris mencapai 11 persen. Padahal, populasi Muslim di Inggris hanya tiga persen. “Ini artinya ketika kita bicara halal, perlu digarisbawahi bahwa itu bukan cuma untuk Muslim,” katanya.
Contoh lain di dalam negeri terjadi pada produk kosmetik Wardah. Wardah Cosmetics memiliki perkembangan omzet 75 persen per tahun selama empat tahun terakhir. Padahal, menurut survei AC Nielsen, perkembangan omzet kosmetik per tahun hanya 15 persen per tahun.
Hal serupa terjadi pada pendapatan Sofyan Hotel. “Omzet Sofyan Hotel naik 60 persen dalam 18 bulan setelah mengubah diri menjadi hotel syariah,” kata Hadisantoso.
Sejak tahun lalu, Sofyan Hotel membantu grand plan pariwisata syariah Tanah Air yang diprakarsai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Kegiatan itu akan mempromosikan 12 destinasi wisata syariah Indonesia. Rencananya, grand launching dilakukan esok (Rabu, 30/10) di PRJ Kemayoran. “Kami siapkan produk dan paket wisata syariah menarik dan punya keunggulan komparatif,” ujar Hadisantoso.
Chairman PT Sofyan Hotel Tbk Riyanto Sofyan mengatakan bahwa pihak regulator, khususnya para stakeholder, telah berupaya menangkap peluang dari wisata syariah. Sinergi dan kelompok kerja telah dibentuk untuk menyukseskan program tersebut, salah satunya melalui pengetatan standardisasi.
Menurut Undang-Undang Pariwisata, kepentingan turis harus dihargai. “Kami prioritaskan empat produk dalam standardisasi, yaitu hotel, restoran, travel agent, dan sumber daya manusia (SDM) untuk mendapatkan kompetensi secara syariah,” kata Riyanto.
Saat ini, ada 15 portofolio hotel syariah yang tergabung dalam Sofyan Hotel Group. Sembilan hotel sudah beroperasi yang terdiri atas tujuh hotel milik Sofyan Hotel dan di dua hotel lainnya hanya bertindak sebagai konsultan. Sedangkan, enam hotel lainnya akan dikembangkan dalam dua tahun ke depan dan masih dalam proses pembangunan. n qommarria rostanti ed: irwan kelana
Sepuluh Syarat Hotel Syariah
Oleh Qommarria Rostanti
Wisata syariah cepat populer sebagai jenis liburan di sektor pariwisata Islam. Negara-negara kaya minyak di Timur Tengah kini mendorong lonjakan wisata jenis ini.
Ini berarti, banyak hotel di seluruh dunia dapat memanfaatkan peluang pasar tersebut. Saat ini, banyak hotel mengambil inisiatif menyediakan menu Timur Tengah di restoran mereka.
Berdasarkan riset pasar, ada 10 fitur hotel syariah yang dapat menyenangkan tamu. Pertama, tersedia makanan halal. “Ini adalah syarat utama cara memenuhi kebutuhan wisatawan Islam,” seperti tertulis dalam situs Muslim Village beberapa waktu lalu.
Pertama, makanan halal merupakan bagian sangat penting dari budaya Muslim dan melibatkan persiapan makanan sesuai hukum Islam.
Kedua, ada fasilitas shalat, pemberitahuan waktu azan, dan arah kiblat. Menurut situs tersebut, keberadaan fasilitas ini mampu membuat Muslim terkesan dan merasa terikat.
Ketiga, fasilitas hiburan, seperti kolam renang dan spa.
Syarat keempat, ruang staf perempuan. Budaya Islam sering membutuhkan ruang staf perempuan bagi rumah tangga, misalnya untuk berganti pakaian. Kelima, adanya pemisahan antara kolam renang dan spa terpisah antara lelaki dan perempuan.
Keenam, adanya menu Timur Tengah. “Ini adalah cara sangat efektif menarik wisatawan Muslim. Hotel akan dicintai terlepas dari agama atau budaya. Masakan lezat mampu menggoda tamu dari penjuru dunia,” kata situs tersebut.
Syarat ketujuh, bar hotel bebas dari minuman beralkohol. Kedelapan, adanya saluran televisi Arab supaya para tamu dapat tetap up to date dengan informasi dunia Arab.
Kesembilan, kamar mandi ramah perempuan yang mampu menutupi tubuh perempuan ketika mereka sedang spa, menikmati kolam renang, ataupun menikmati keindahan pantai.
Syarat kesepuluh, yakni tersedianya Alquran di kamar hotel. “Banyak wisatawan Islam meminta salinan Alquran di kamar hotel mereka,” tulis situs tersebut. Dengan banyaknya Alkitab di hotel-hotel Eropa, kehadiran Alquran merupakan cara sederhana menyambut tamu-tamu Muslim. n ed: irwan kelana
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.