REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Hafil dari Madinah
Komunitas Muslim di Italia mengagumi cara orang Indonesia dalam menyebarkan agama Islam. Mereka ingin menirunya. Wakil Ketua Italian Islamic Religious Community sekaligus Ketua Dewan ISESCO (Islamic Education, Scientific, and Culture Organization) Eropa Yahya Sergio Yahe Pallavicini mengatakan, cara orang Indonesia menyebarkan Islam sejak ratusan tahun lalu sangat menarik.
Dalam menyebarkan agama Islam, orang Indonesia menggunakan pendekatan budaya. “Ini membuktikan Islam agama yang bijak, bisa melakukan pendekatan terhadap orang yang belum berislam melalui budaya lokal,” katanya pada sela Konferensi Islam Khusus Menteri Kebudayaan yang diselenggarakan oleh ISESCO di Madinah, Arab Saudi, Rabu (22/1).
Menurut Yahya, cara orang Indonesia menyebarkan Islam berbeda dengan orang Arab. Ia sudah bertahun-tahun mempelajari bagaimana penyebaran dan pengembangan agama Islam yang dilakukan oleh Indonesia dan Arab.
“Arab bagus karena tempat lahirnya Islam. Tapi, tidak mudah jika cara-cara Arab diterapkan di Italia,” kata Yahya. Karena itu, ia menilai metode yang ditempuh oleh Indonesia dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam lebih cocok dikembangkan di Italia.
Karena, terkadang orang non-Muslim di Italia tidak menyukai cara-cara yang dilakukan orang Arab dalam memperkenalkan agama Islam. “Kami ingin meneruskan apa yang dilakukan Indoonesia. Itu bisa membuka pikiran orang Italia terhadap Islam,” kata Yahya.
Yahya menyatakan kekagumannya terhadap penyebaran dan perkembangan agama Islam di Indonesia itu setelah mendengarkan pemaparan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhammad Nuh.
Nuh menceritakan bagaimana Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo, menyebarkan agama Islam melalui pendekatan budaya. Menurutnya, kebudayaan memiliki tiga aspek. Yaitu, ekspresi (permukaan), substansi, dan nilai.
Orang sering kali terjebak di ekspresi atau hanya kulit luarnya saja. “Nah, apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga itu tidak begitu menganggap penting kulit luarnya saja, tetapi yang paling penting adalah substansi dan nilai dari ajaran Islamnya,” kata Nuh.
Dengan cara seperti itu, perpindahan orang Indonesia pada zaman dulu dari Hindu dan Buddha ke Islam melalui cara-cara perdamaian, yaitu kebudayaan. Sehingga, tak ada dendam yang muncul dari orang Hindu dan Buddha kepada umat Islam di Indonesia saat ini.
Hal tersebut berbeda dengan penyebaran Islam di Cordoba, Spanyol. Saat Islam masuk, seluruh kebudayaan lokal dihapus tradisinya. Yang tersisa hanya bangunan fisiknya saja.
Sehingga, begitu Islam dikalahkan, sisa-sisa ajaran Islam pun diberangus habis. “Ibaratnya, kalau orang yang berkuasa melalui kudeta, nanti kalau jatuhnya juga dengan dikudeta,” ujar Nuh. n ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.