Jumat 03 Jun 2011 11:24 WIB

Ledakan Bom di Irak Barat Tewaskan 10 Orang!

Red: cr01
Polisi Irak tengah menelpon usai pertempuran dengan kelompok bersenjata di salah satu kota barat Baghdad.
Foto: AP
Polisi Irak tengah menelpon usai pertempuran dengan kelompok bersenjata di salah satu kota barat Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMADI - Tiga ledakan yang terjadi di dekat kantor pemerintah provinsi Ramadi, Irak barat, Kamis (2/5) malam, menewaskan 10 orang dan mencederai 15 lainnya.

Tak hanya itu, ledakan keempat kembali terjadi di kota yang terletak 100 kilometer sebelah barat Baghdad tersebut, ketika petugas penanganan darurat bergerak ke lokasi kejadian untuk membantu korban. "Sedikitnya 10 orang tewas dan 15 cedera ketika tiga ledakan serentak terjadi di kantor gubernur di Ramadi, pukul 20.30 (Jumat pukul 00.30 WIB)," kata seorang letnan polisi di ibukota provinsi Al-Anbar.

Perwira tersebut menambahkan, jumlah korban itu merupakan angka awal akibat ledakan yang diduga serangan bom bunuh diri yang ditujukan pada polisi yang ada di daerah tersebut. Ledakan-ledakan kemarin merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang kian meningkat di Irak, dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, sebagian besar korban adalah polisi Irak. Menurut data resmi, pada April saja, sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan mematikan. Sementara pada Mei, jumlah warga Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar yang mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010. Dan bulan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Dan sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan pasukan AS di Irak yang kontroversial, setelah lebih dari tujuh tahun invasi yang mendongkel Saddam Hussein. Namun pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilyawan seperti kelompok militan Sunni-Al-Qaidah.

sumber : AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement