Jumat 03 Jun 2011 12:00 WIB

KY Desak MA Berhentikan Hakim Syarifudin

Rep: C13/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mahkamah Agung (MA) didesak tak ragu memberhentikan hakim Syarifudin dari jabatannya. Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 1991 Pasal 15, disebutkan jika hakim tertangkap tangan menerima suap. Hukumannya diberhentikan sementara.

Juru Bicara KY, Asep Fajar, menyebut, jika MA mentaati aturan, hendaknya tak ragu memberhentikan hakim Syarifudin. Tujuannya, agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) semakin mudah dalam mengungkap kasus dugaan suap itu.

"KY mengingatkan MA agar seperti itu. Minimal membantu penanganan perkara jadi lancar," ujar Asep ketika dihubungi pada Jumat (3/6).

Syarifudin, hakim pengawas kepailitan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ditangkap KPK, Rabu (1/6) pukul 22.00 WIB. Penangkapan dilakukan di rumahnya, Sunter, Jakarta Utara.

Syarifudin diduga menerima suap senilai Rp 250 juta dari Puguh Wirawan (PW), kurator dalam kasus kepailitan PT Skycamping Indonesia (SCI). Adapun Puguh Wirawan ditangkap 45 menit kemudian di daerah Pancoran, Jakarta Selatan, usai menyerahkan uang dalam amplop ke rumah Syarifudin.

Kasus tertangkapnya hakim Syarifudin oleh KPK menjadi keprihatinan Komisi Yudisial (KY). Pasalnya, di tengah gencarnya pembenahan peradilan masih ada oknum hakim yang melakukan tindak pidana. "Ini menjadi keprihatinan bersama," kata Asep.

Momen penangkapan itu, kata Asep, hendaknya menjadi cambuk untuk membenahi sistem pengawasan kehakiman. Dengan begitu, KY dan Mahkamah Agung (MA) bisa membersihkan diri dari hakim yang perilakunya tak mencerminkan penegakan hukum.

Meski begitu, sambung Asep, belum ada rencana pertemuan KY dengan MA untuk membahas masalah itu. Yang pasti, pihaknya siap menerima laporan dari masyarakat jika menemukan hakim nakal untuk ditindak sesuai aturan.

"Jika ditemukan bukti baru, yang ditelisik KPK jangan satu hakim saja," ucap Asep.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement