REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Politisi Partai Golkar, Fahmi Idris, menyebut KPK seperti macan ompong dalam kasus Nunun Nurbaeti. Sebagai lembaga penegak hukum superbodi, kata Fahmi, KPK harusnya mudah dalam menangkap aktor utama kasus cek pelawat tersebut.
Hal itu lantaran keberadaan Nunun dipastikan terdeteksi di Phomn Penh, Kamboja. Belum lagi yang bersangkutan itu sudah ditetapkan sebagai buron internasional di 188 negara.
Namun, Fahmi kecewa dengan langkah KPK yang maju mundur untuk menangkap Nunun. Fahmi tak tahu secara pasti mengapa KPK terkesan keder berhadapan dengan istri mantan wakapolri itu. Yang pasti, kata dia, KPK terkesan sengaja membiarkan Nunun bebas berkeliaran di luar negeri.
“KPK tak berminat menangkap Nunun,” ceplosnya di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Kamis (12/6).
Yang mengherankan, ungkap Fahmi, KPK tak pernah sekalipun mengontaknya. Padahal, ia memiliki data valid tentang keberadaan Nunun dan perjalanan pelariannya ke luar negeri. Fahmi bahkan bersedia jika diminta KPK datang memberi penjelasan tentang kasus cek pelawat. Tujuannya agar semua orang yang terlibat bisa mendapat hukuman setimpal di depan hukum. “Tapi, KPK tak merespon. Padahal, saya siap beberkan bukti tentang Nunun.”
Fahmi menyebut, menangkap Nunun termasuk pekerjaan berat, tapi tidak sulit-sulit amat dilakukan. Ia mensinyalir KPK sengaja mengulur-ulur kasus itu agar nanti menguap. Sebab, jika penerima cek pelawat yang terkena sangkaan pasal gratifikasi bebas. Maka, sambung dia, nantinya Nunun bebas demi hukum sebab aturannya seperti itu.