REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada Jumat (24/6) mengumumkan bahwa "beberapa ratus" tentaranya akan ditarik dari Afghanistan sebelum akhir 2011. Kantornya pada Kamis menyatakan, Prancis akan melakukan penarikan secara memadai dan dalam waktu sama dengan pemunduran bala bantuan Amerika Serikat.
Pernyataan itu muncul sesudah Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Rabu memerintahkan seluruh 33.000 tentara tambahan Amerika Serikat pulang dari Afghanistan pada musim panas mendatang dan menyatakan awal dari akhir perang itu, dengan menyatakan penarikan dimulai pada Juli.
Empat ribu tentara Prancis saat ini ditugaskan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan, yang jumlahnya sekitar 150.000 orang.
Sejumlah 62 tentara Prancis tewas di negara terkoyak perang itu sejak serangan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, kata kantor presiden Prancis pada pekan lalu.
Sejumlah 2.530 tentara asing tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban, yang menolak menyerahkan Osama bin Laden, yang dituduh melancarkan serangan di negara adidaya tersebut.
Korban terbanyak ialah tentara Amerika Serikat dengan 1,622 orang, diikuti Inggris (373), Kanada (156), Prancis (62), Jerman (53), Denmark (40), Italia (36), Spanyol (30), Polandia (27), Belanda (25), Australia (24), dan negara lain (82). Sekitar 40 negara terlibat dalam gerakan itu.
Angka tertinggi 711 tentara asing tewas di negara itu tercatat pada 2010, menjadikannya tahun paling mematikan bagi mereka sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah garis keras Taliban pada ahir 2001. Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.
Sarkozy pada tengah Juli 2010 menjanjikan tentaranya terus berjuang untuk memastikan perdamaian di Afghanistan, tempat sejumlah tentara itu tewas dalam memerangi Taliban. Jajak pendapat diterbitkan di surat kabar sayap kiri "L`Humanite" pada September 2010 menyatakan kurang dari tiga dari 10 orang Prancis mendukung keterlibatan berkelanjutan Prancis dalam perang Afghanistan.
Sarkozy pada Januari 2011 menjelaskan bahwa negaranya tidak akan mengirimkan pasukan tempur tambahan ke Afghanistan, namun menambah petugas bukan tempur guna melatih pasukan keamanan Afghanistan. Prancis adalah penyumbang keempat terbesar tentara dari negara Barat dalam membantu pemerintah Afghanistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, setelah Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.
Prancis tidak berniat mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan pada 2011, tapi akan memindahkan beberapa tentaranya dari wilayah yang akan diserahkan kepada pasukan keamanan Afghanistan, kata Menteri Pertahanan Prancis Alain Juppe pada Februari.
Juppe mengatakan pasukan Prancis, yang ditarik dari daerah sekitar Sarobi, akan ditempatkan di Kapisa, sebagai bagian dari rencana pada tahun ini untuk mulai menyerahkan keamanan ke pasukan Afghanistan bersama dengan penarikan tentara Amerika Serikat, yang sekarang berjumlah 97.000 orang.
Kekerasan meningkat di seluruh Afghanistan pada bulan ini sejak Taliban mengumumkan pemulaian serangan musim semi, yang lama mereka nantikan. Taliban, yang memerintah sejak 1996, melancarkan perlawanan sesudah digulingkan dari kekuasaan oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.