REPUBLIKA.CO.ID, OSLO - Tersangka teror Norwegia, Anders Behring Breivik, punya rencana rinci yang mengerikan, disertai dengan penjelasan dari ideologi di belakang mereka. Dalam sebuah manifesto setebal 1.500 halaman, yang ia terbitkan secara online sejam sebelum serangan, ia antara lain menekankan pentingnya dikobarkannya Perang Salib melawan Muslim di Eropa.
Breivik kini disalahkan atas serangan teror terhadap kantor pemerintah Norwegia dan retret di pulau untuk orang-orang muda yang meninggalkan setidaknya 93 korban tewas.
Manifestonya, yang kini tengah diteliti polisi, penuh dengan gembar-gembor terhadap imigrasi Muslim Eropa dan bersumpah membalas dendam secara 'adat Eropa' terhadap siapa saja yang 'mengkhianati warisan Eropa'. Ia menambahkan bahwa mereka akan dihukum karena mereka melakukan "tindakan khianat."
Pengacara pria 32 tahun ini mengatakan bahwa kliennya menulis dokumen saja, bukan manifesto. Sementara polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki laporan penyerangan kedua di pulau itu.
Ia juga menulis rencana rinci untuk memperoleh senjata api dan bahan peledak, dan bahkan meng-update data manifesto untuk menggambarkan uji ledakan. "BOOM! Ledakan itu berhasil!" tulisnya.
Berakhir dengan sebuah catatan tanggal 12.51 pada 22 Juli, ia menuliskan: "Saya percaya ini akan menjadi entri terakhir saya."
Hari itu, sebuah bom menewaskan tujuh orang di pusat kota Oslo dan, sejam kemudian, seorang pria bersenjata menembaki puluhan orang muda di suatu tempat retret di pulau Utoya.
Polisi mengatakan Ahad bahwa korban tewas dalam penembakan bertambah menjadi 86, sehingga jumlah korban tewas seluruhnya 93 orang dan 90 orang lainnya terluka. Polisi belum merilis nama-nama para korban.
Polisi mengatakan hari Ahad bahwa seorang perwira polisi telah disewa untuk memberikan keamanan di pulau itu. Tidak jelas siapa yang mempekerjakan dia atau apakah ia di pulau pada saat serangan.
Polisi juga masih menyelidiki apakah Breivik bagian dari gerakan global. Pasalnya, sebuah data menyebut obrolan internet meningkat dari individu yang menyatakan mereka berasal dari kelompok Templar yang diacu Breivik pada manifestonya. Mereka mengatakan mereka masih menyelidiki klaim bahwa Breivik, dan individu sayap kanan lainnya, menghadiri pertemuan London pada tahun 2002. Kedua pejabat berbicara dalam kondisi anonimitas karena mereka tidak berwenang untuk berbicara tentang penyelidikan itu.