REPUBLIKA.CO.ID,Berita terbunuhnya jenderal Abdel Fatah Younes, komandan militer kelompok pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan Muammar Qaddafi, masih simpang siur. Berbagai kantor berita bahkan menyebutnya sebagai kematian yang misterius.
Younes dikatakan ditembak mati kelompok bersenjata setelah ia dipanggil oleh Dewan Transisi Nasional Libya, NTC, untuk menjelaskan berbagai masalah militer. Namun tidak ada yang tahu dimana jenazahnya.
Ketua NTC Mustafa Abdel Jalil hanya mengatakan bahwa penembak Younes telah ditangkap tanpa mengungkapnya secara terperinci. "Pertama-tama, NTC akan mengumumkan masa berkabung selama tiga hari. Kemudian seluruh usaha akan dilakukan untuk mencari pelaku di balik kejahatan tersebut dan juga jenazah syuhada kami masih harus ditemukan. Ini adalah peringatan terakhir bagi pasukan bersenjata di dalam kota."
Kematian Younes dan juga dua tentara yang mendampinginya dianggap sebagai pertanda adanya perpecahan internal di kalangan pemberontak di Libya Timur, walau pun mereka sedang unggul di wilayah barat dalam perang melawan pasukan Qaddafi. Di Benghazi beredar kabar angin, bahwa Younes yang pernah menjabat sebagai menteri dalam negeri Libya dan orang nomor dua dalam rezim Qaddafi, sebenarnya ditangkap dan dibunuh oleh kelompok pemberontak sendiri setelah muncul tuduhan bahwa keluarganya masih berhubungan dengan Qaddafi.
Namun, berita ini dibantah oleh NTC. Skenario bahwa kelompok pemberontak mulai memerangi anggotanya sendiri bisa menimbulkan masalah dengan pihak barat yang telah mengakui NTC sebagai satu-satunya mitra bicara yang dianggap setara dengan pemerintah yang sah di Libya.
Younes yang berusia 67 tahun, menjadi komandan militer oposisi Libya sejak awal pemberontakan. Ia sebelumnya dikenal sebagai orang terpercaya Gaddafi sejak 1969. Di tahun itu, Abdel Fatah Younes yang lahir di Benghazi, termasuk dalam pasukan yang membantu Qaddafi dalam aksi kudeta terhadap Raja Idris Libya. Younes sering digambarkan sebagai sosok yang tegas, kemudian ditunjuk sebagai menteri dalam negeri oleh Qaddafi dan bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri rezim.
Di awal pemberontakan Libya, Younes diperintahkan oleh Qaddafi untuk memerangi kelompok pemberontak di Benghazi. Namun setelah tiba di kota pelabuhan tersebut, ia menyatakan akan bergabung dengan oposisi. Sejak itu, Younes memerangi pasukan rezim Qaddafi di berbagai wilayah Libya.
Menurut laporan media dari ibukota Libya, dalam beberapa bulan terakhir ini Younes merasa tidak puas dengan keputusan NTC yang menunjuk mantan jenderal Khalifa Hefter sebagai komandan oposisi. Sementara Younes dinyatakan sebagai kepala staf. Sejak itu, Younes dan Hefter dikatakan sering berdebat tentang rencana strategi militer berkaitan taktik pertempuran di medan perang.