Rabu 07 Sep 2011 21:07 WIB

Ulama Malaysia Sebut Pembatasan dalam Islam Picu Pemurtadan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Krisman Purwoko
Dr Mohd Asri Zainul Abidin
Foto: tukartiub.org
Dr Mohd Asri Zainul Abidin

REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR--Ulama berpengaruh di Malaysia, Dr Mohd Asri Zainul Abidin, Rabu (7/9), menuduh otoritas agama menggunakan sistem kolonial untuk membatasi Islam. Kondisi itu jelas memicu terjadinya pemurtadan.

 

Pernyataan mantan Mufti Perlis ini sekaligus menanggapi keputusan Departemen Agama Islam Selangor (Jais) untuk menghukum anggota parlemen dari PAS Khalid Samad yang diduga berpidato secara illegal dan mencabut mandat Kepala Urusan Agama dari PAS, Rani Osman.

"Saya bersimpati ketika ada anggota parlemen dihukum oleh Jais saat ketahuan memberikan khutbah. Meskipun tidak ada bukti kesalahan dalam khutbah. Apa yang dilakukan Jais merupakan bentuk sistem kolonial yang digunakan untuk membatasi agama sendiri .Jangan heran jika lebih banyak umat yang meninggalkan iman," katanya dalam akun facebook miliknya seperti dilansir Malaysianinsider, Rabu (7/9).

Ia menambahkan, otoritas keagamaan yang menggunakan kekuasaan mereka atas Islam akan menghambat perkembangan agama itu sendiri. "Yang tidak memenuhi syarat untuk menyebarkan agama justru diberi kekebalan. Sementara jaminan yang sama tidak diperoleh al-Khulafa al-Rasyidin," katanya.

Seperti dilaporkan Harakah daily, Khalid dipanggil Jais, Selasa (6/9), atas persoalan khutbah saat Ramadhan. Sementara, Rani, jabatannya yang habis Ramadhan lalu, tidak diterima perpanjangannya oleh Jais. "Saya menerima mandat tahun lalu dan memperpanjangnya. Tapi saya justru menerima surat dari Jais yang mengatakan aplikasi saya telah ditolak dan mandat saya dicabut," kata Rani.

Sementara, atas pelanggaran khutbah, Khalid dikenakan Pasal 119 dari Enactment Administrasi Agama Islam Selangor. Anggota Parlemen dari Shah Alamini dijadwalkan menjalani sidang pengadilan Syariah 24 November mendatang. Putusan itu jelas memancing kekecewaan Khalid.

"Saya memberi khutbah tentang keadilan Islam bukan hanya untuk umat Islam saja tetapi juga untuk orang Yahudi atau bahkan mereka yang bertentangan dengan Islam itu sendiri. Saya menghubungkannya dengan bagaimana kita harus mendengarkan kedua belah pihak dalam kasus penyelidikan Jais ke gereja, "katanya.

Jais dilaporkan hadir dalam acara makan malam di Damansara Utama Methodist Church (DUMC), Petaling Jaya, 3 Agustus silam. Kehadiran Jais dimaksukan untuk meredakan isu pemurtadan yang dilakukan umat non Muslim.

Konflik agama di Malaysia seiring meningkat saat isu pemurtadan dialamatkan pada umat Nasrani. Isu semakin menguat setelah data yang dipaparkan JAKIM menyebutkan ada peningkatan jumlah Muslim yang meninggalkan keyakinannya. Pemerintah dalam hal ini, Jakim meminta bantuan Ormas Islam Malaysia untuk menanggulangi masalah tersebut.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement