REPUBLIKA.CO.ID, AMBON- Sebagian masyarakat Ambon menilai keberadaan pasukan polisi dan tentara di tengah kota menambah ketakutan. Sementara pemerintah belum akan menarik pasukan dari kota.
Dari pantauan Republika, pasukan-pasukan dari TNI, dan polisi masih terus berpatroli di tengah Kota Ambon. Seluruhnya dengan pakaian tempur dan senjata lengkap. Konsentrasi petugas keamanan juga masih nampak di perbatasan antar kampung.
Sejumlah masyarakat Kota Ambon menilai banyaknya petugas keamanan di tengah kota ini menimbulkan kesan keadaan masih sangat mencekam. "Padahal kita orang sudah rasa agak aman," kata Jafar (35 tahun) yang ditemui Republika di seputaran wilayah Mardika, Kota Ambon, Kamis (15/9).
Di lain pihak, Yance (40 tahun) yang ditemui di wilayah Tagalaya, Kecamatan Sirimau juga beranggapan demikian. "Jadi biar bilang damai juga, kalau masih ada tentara sama polisi begini kita merasanya belum damai," ujar dia.
Sementara, ditanyai terpisah, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengatakan belum ada pertimbangan menarik pasukan dari kota. "Kita belum bicara soal penarikan kembali," kata dia saat ditemui Republika di Markas Polda Maluku, Kamis siang, selepas melakukan rapat dengan muspida, TNI dan Polri.
Menurut pihak Polda Maluku, saat ini ada sekitar 600 petugas bersenjata lengkap yang diturunkan untuk mengamankan Kota Ambon. Terdiri dari pasukan Brimob Polri dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan masing-masing 200 orang, dari jajaran Polda Ambon pasukan Brimob 100 orang, dan dari pasukan gabungan TNI sebanyak 100 personil. Pasukan ini disebar dari daerah Batu Gantung sampai Ahuru, Kota Ambon.