REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Memasuki pertengahan bulan September ini dampak musim kemarau di wilayah Provinsi Jawa Tengah kian meluas dan mengakibatkan kekeringan di sejumlah daerah. Di luar daerah -- yang selama ini menjadi langganan kekeringan seperti Rembang, Blora dan Grobogan-- dampak kemarau di Jawa Tengah juga kian meluas ke kawasan pantura barat.
Seperti Kabupaten Brebes, Pemalang, Kota Tegal dan Pekalongan. Di wilayah tengah, dampak kemarau juga dirasakan sebagian warga di Kabupaten Semarang dan Boyolali. Kekeringan tak hanya mengakibatkan warga mengalami krisis air bersih untuk kebutuhan sehari- hari, yang sudah berlangsung dalam dua bulan terakhir.
"Di sejumlah kecamatan di Kabupaten Rembang dan Blora setiap harinya harus disiapkan droping 200-an tanki air bersih untuk mememenuhi kebutuhan sehari-hari warga. Bantuan tersebut dikoordinir oleh Bakorwil setempat beserta masing- masing pemerintah kabupaten," ungkap Anggota komisi D DPRD Jawa Tengah, Sri Praptono kepada Republika Online, Sabtu (17/9).
Di luar kebutuhan air bersih, kemarau juga mengakibatkan luas lahan pertanian yang mengalami gagal panen (puso) juga terus bertambah. Kepala Seksi Teknis Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Win Driarto yang dikonfirmasi membenarkan dampak kemarau bagi lahan pertanian di wilayah provinsi ini.
Menurutnya potensi lahan pertanian yang mengalami puso masih cukup besar, mengingat musim kemarau di Jawa Tengah, diprediksi masih akan berlangsung hingga bulan Oktober nanti. "Sampai saat ini, dari sekitar 3.648 hektare lahan pertanian yang puso dan dirilis Kementrian Pertanian, sebanyak 430 hektare diantaranya berada di Jawa Tengah," ujarnya.