REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA - Satelit milik NASA seberat enam ton terbakar dan jatuh ke bumi pada Sabtu (24/9). Peristiwa tersebut meninggalkan pertanyaan dimanakah bangkai satelit akan mendarat.
Badan Antariksa Amerika Serikat mengatakan bahwa bangkai satelit akan jatuh di Samudera Pasifik. Tapi waktu tepat kapan akan tiba di bumi dan dimana lokasinya belum bisa diprediksi.
Satelit NASA, The Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) berakhir setelah mengorbit selama 20 tahun akibat terjatuh ke atmosfer pada Jumat (23/9) antara pukul 23.23 dan 01.09 atau Sabtu (24/9) antara 03.23 sampai 05.09 GMT, jelas NASA.
Satelit tersebut terpecah menjadi beberapa bagian selama terbakar. Diperkirakan terpecah menjadi 26 bagian. Bagian pecahan terbesar diperkirakan sebesar 330 pon atau 150 kilogram, jelas pihak NASA.
Saat jatuh ke bumi, satelit UARS bergerak dari pantai utara Afrika melalui Laut India lalu ke Samudera Pasifik. Melintas Kanada bagian utra dan bagian utara Samudera Atlantik dan menuju satu titik sesudah melampui Barat Afrika.
NASA mengatakan sebagian besar akan mendarat di air dan beberapa akan melampaui utara Kanada dan barat Afrika. "Karena kami tidak tahu titik pasti jatuhan, kami tidak tahu dimana puing-puing kemungkinan akan mendarat," kata Chief Orbital debris Scientist Nasa atau Ketua Ilmuwan Bidang Edar Puing Pusat Angkasa Johnson milik NASA di Houston, Nicholas Johnson seperti dikutip Reuters. "Kita tidak pernah tahu," katanya menambahkan.
Dengan panjang 35 kaki dan berdiamter 15 kaki, UARS adalah salah satu pesawat ruang angkasa yang terjerembab tak terkontrol melalui atmosfer. Meski pesawat ini terbilang ringan dibanding Stasiun Ruang Angkasa NASA atau Skylab seberat 75 ton atau setara 68.000 kilogram yang jatuh berkeping-keping ke bumi pada tahun 1979 silam.
Stasiun luar angkasa Rusia, Mir, yang memiliki berat 135 ton atau setara dengan 122 kilogram jatuh ke Samudera Pasifik pada 2001 lalu, namun pendaratan yang terarah. NASA saat ini merencanakan untuk mengontrol masuk kembali pesawat ruang angkasa berbadan besar.
Hal ini tidak dilakukan saat merancang UARS. Satelit dengan berat 13.000 pon atau setara dengan 5.897 kilogram diberangkatkan ke orbit oleh kru pengantar di tahun 1991 untuk mempelahari ozon dan senyawa kimia lainnya di atmosfer bumi. Dan menyelesaikan misinya pada tahun 2005 serta secara perlahan kehilangan ketinggiannya sesudahnya.
Dengan kondisi bumi yang diliputi air dan juga gurun tak berpenghuni kemungkinan sesorang terkena jatuhan puing-puing adalah satu dibanding 3.200 penduduk, jelas NASA. "Risiko pada keamanan publik sangat kecil,'' tutur Nicholas.
Satelit tersebut,tambah dia, terbang mengitari hampir seluruh planet antara 57 derajat utara dan 57 derajat selatan dari garis ekuator.UARS adalah salah satu dari 20.000 puing-puing luar angkasa yang berada di sekitar orbit bumi.Setiap tahunnya bagian dari UARS jatuh ke atmosfer.