Ahad 16 Oct 2011 09:14 WIB

Kami Ingin Lihat TVRI, Bukan TV Malaysia

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Didi Purwadi
Seorang warga memegang patok tapal batas di Dusun Maludin, Desa Temajok, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar, Rabu (12/10). Patok semen yang berada di tengah hutan Dusun Maludin tersebut, merupakan penanda tapal batas yang memisahkan Indonesia dengan
Foto: Antara/Andi Lala
Seorang warga memegang patok tapal batas di Dusun Maludin, Desa Temajok, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar, Rabu (12/10). Patok semen yang berada di tengah hutan Dusun Maludin tersebut, merupakan penanda tapal batas yang memisahkan Indonesia dengan

REPUBLIKA.CO.ID,SAMBAS - Kehidupan warga Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang membawahi administrasi Dusun Tanjung Datu dan Camar Bulan, penuh derita. Hingga kini sekitar 1.883 warga di sana belum menikmati aliran listrik. Bagi warga yang hidup berkecukupan, mereka membeli genset agar di malam hari bisa tersinari lampu.

Lagum (46 tahun) mengharap listrik bisa menjangkau desanya, meski sadar hal itu sulit terwujud. Hal itu lantaran tiang listrik terdekat di Kecamatan Paloh berjarak lebih 40 kilometer. Itupun sehari-hari warga yang pergi ke pusat kecamatan harus melewati bibir pantai ketika air sedang urut.

"Kami di sini ingin listrik masuk desa," katanya kepada Republika, Sabtu (15/10).

Dikatakannya, setiap malam warga berkumpul di rumah penduduk yang teraliri listrik dari genset dan memiliki televisi. Sayangnya, channel yang tertangkap bukannya stasiun televisi Indonesia, melainkan dari Malaysia. Seperti TV9, TV 3, TV 2, TV 1.

Namun, penduduk setempat tertolong dengan adanya warga yang memiliki satelit dan parabola sehingga bisa menangkap siaran channel televisi Indonesia. "Warga di sini ingin sekali melihat siaran TVRI, bukan televisi Malaysia."

Pihaknya berharap, setelah jalan akses baru yang membelah hutan selesai dibangun, maka pembangunan menara pemancar TVRI berbarengan dengan tiang listrik bisa dinikmati warga Desa Temajuk. "Gara-gara masalah ini, kami telat mendapatkan informasi dari Indonesia. Ini saja harapan kami," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement