Selasa 29 Nov 2011 12:38 WIB

Pejabat Negara Hedonis...Pantas Saja Korupsi Tumbuh Subur!

Mobil mewah para anggota Dewan terparkir di gedung DPR.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Mobil mewah para anggota Dewan terparkir di gedung DPR.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Pakar komunikasi Universitas Diponegoro Semarang Turnomo Rahardjo menilai, gaya hidup hedonis yang ditunjukkan pejabat tinggi turut memicu dan melestarikan praktik korupsi di negeri ini. "Saat seseorang terbiasa dengan gaya hidup mewah, sulit untuk mengubah gaya hidupnya menjadi sederhana," katanya di Semarang, Selasa, menanggapi gaya hidup hedonis kalangan pejabat tinggi.

Ia mengakui, banyak pejabat negara yang berlatar belakang pengusaha sehingga sudah kaya secara ekonomi sebelum menduduki jabatan publik. Sikap hedonis ini masih terbawa setelah mereka menjadi pejabat.

Namun, kata dia, apabila latar belakang pejabat negara bukan dari kalangan ekonomi atas, maka yang terjadi ada kelabilan saat mereka memasuki dunia yang cenderung menunjukkan kemewahan hidup.

"Bagi mereka yang sebelumnya sudah kaya, susah juga mengubah kebiasaaannya meski sudah jadi pejabat, namun bagi mereka yang hidupnya semula biasa saja, budaya hedonis sanggup menyeret mereka untuk berlaku korup," katanya.

Karena itu, kata pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip itu, yang patut dicurigai sebenarnya adalah mereka yang tadinya biasa saja, namun setelah menjadi pejabat gaya hidupnya berubah drastis.

Ia mencontohkan, gaya hidup hedonis yang ditunjukkan bisa dilihat dari barang-barang yang dipakainya, seperti mobil, rumah, dan sebagainya yang kemungkinan justru melebihi gaji yang didapatnya.

Memang tidak semua pejabat bergaya hidup hedonis, kata dia, namun jika ada pejabat yang menunjukkan gaya hidup mewah sebenarnya menjadi potret kesenjangan sosial, sebab mereka menjadi panutan rakyat.

Menurut dia, cermin hidup mewah yang ditunjukkan pejabat sebenarnya tak hanya bisa dilihat di kalangan pusat, sebab pejabat-pejabat daerah pun melakukan hal serupa, menunjukkan gaya hidup bermewah-mewah.

"Yang jelas menampakkan kesenjangan sosial, saat sebagian besar masyarakat bekerja keras untuk bisa makan sehari-hari, sebagian lain justru berlomba-lomba menampilkan mobil jenis terbaru," katanya.

Turnomo mengharapkan kalangan pejabat bisa menahan diri untuk tidak bergaya hidup mewah, sebab mereka menjadi panutan rakyat dan menghindari kesan kesenjangan ekonomi yang sangat besar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement