REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK – Pengadilan di Thailand kembali menjatuhan hukuman bersalah atas penghinaan terhadap anggota Kerajaan Thailand yang sangat dihormati di negara itu.
Kali ini, warga negara Thailand yang juga memegang kewarganegaraan Amerika Serikat, Joe Gordon (55) harus menghabiskan hari-harinya di balik jeruji untuk dua tahun enam bulan ke depan.
Gordon dipaksa duduk dikursi pesakitan oleh hukum Lese Mejeste atau penghinaan terhadap Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej, karena beberapa tahun lalu menerjemahkan biografi lokal yang telah dilarang oleh Raja. Judul biografi yang kemudian ditampilkan di blognya sendiri saat tinggal di AS itu berjudul, "Raja Yang Tak Pernah Tersenyum".
Dia kemudian ditangkap Mei lalu ketika mengunjungi Thailand untuk melakukan perawatan medis. Gordon awalnya membantah tuduhan kepadanya, tetapi kemudian mengubah permohonannya menjadi bersalah setelah berulang kali menolak jaminan.
Setelah dijatuhi hukuman, pria yang sudah hidup 30 tahun di AS itu berkata kepada pengadilan di Bangkok, "Saya bukan orang Thailand, saya warga Amerika yang hanya lahir di Thailand. Saya memegang paspor Amerika. Di Thailand, ada banyak peraturan yang tidak memungkinkan anda untuk mengekspresikan pendapat, tapi kita tidak memiliki aturan itu di Amerika."
Pengacara Gordon mengatakan kliennya tidak akan mengajukan banding terhadap hukuman yang dijatuhkan kepadanya, tetapi akan meminta pengampunan Raja. Orang asing yang dihukum karena Lese Majeste secara rutin mendapatkan pengampunan dan dideportasi sesaat setelah dijatuhi hukuman.
Hukum Lese Majeste Thailand menjadi yang paling keras di dunia. Hukum ini memberikan mandat bahwa orang-orang bersalah yang memfitnah monarki—termasuk raja, ratu dan pewaris tahta—harus menghadapi tiga sampai 15 tahun di balik jeruji besi. Pada 2007, Thailand juga mengesahkan UU Kejahatan Komputer yang berisi ketentuan untuk memungkinkan jaksa meningkatkan hukuman Lese Majeste.
Ditanya apakah dia akan tinggal di Thailand setelah selesai menjalani hukumannya, Gordon mengatakan, ingin tinggal dan melihat beberapa sisi Thailand yang positif. "Saya ingin menyaksikan keluarbiasaan Thailand yang sesungguhnya, bukan sisi Thailand yang berantakan," ketusnya.