REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS - Populasi elang Jawa dan Owa Jawa yang selama ini tinggaldi kawasan hutan lindung lereng Gunung Slamet, makin merosot. Perburuan liar dan kerusakan hutan di kawasan hutan lindung, dituding menjadi penyebab utama makin langkanya populasi kedua satwa yang dilindungi ini.
''Untuk Elang Jawa, pada tahun lalu hanya terpantau tiga ekor. Belum tahu untuk tahun ini, apakah sudah benar-benar habis atau masih ada. Yang jelas, kita sudah sangat sulit menemukannya hinggap di pepohonan hutan-hutan lereng Gunung Slamet,'' kata petugas Konservasi BKSDA Jateng WilayahII Pemalang-Cilacap, Dedy Supriyanto, Jumat (9/12).
Menurut dia, Elang Jawa banyak diburu kolektor satwa karena fisiknya mirip burung Garuda. Selain itu, bulunya indah dan memiliki jambul yang unik.
''Karena itu, pemburu banyak yang mencari di hutan-hutan karena harga elang jawa di pasar gelap sangat mahal,'' kata Dedi.
Padahal di sisi lain, perkembangan populasi Elang Jawa sangat lambat. Dalam setahun, Elang Jawa betina hanya bertelur satu butir. Sementara, sejak dari masih dalam bentuk telur hingga anakan, burung ini memiliki predator yang cukup banyak. ''Termasuk manusia yang suka memburunya.''
Dedi menyebutkan, di lereng Gunung Slamet, selama ini diketahui ada sekitar 200 species burung. Dari jumlahtersebut, 149 diantaranya merupakan burung endemik yang khas daerah setempat.
Selain jenis burung-burunggan, di lereng gunung terbesar di Pulau Jawa tersebut, terdapat fauna yang juga merupakab fauna khas. Yaitu, hewan sejenis kera yang bernama Owa Jawa.
Sayangnya, jenis satwa ini sekarang juga terancam kepunahan karena banyak diburu manusia. ''Seperti juga elang jawa, perkembangan populasi Owa Jawa juga lamban. Sebab satwa ini dikenal sebagai satwa yang setia dengan pasangannya,'' kata Dedi.
Terkait kondisi ini, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur saat ini sedang meng intensifkan pengawasan dan pengamanan flora dan fauna langka yang hidup di kawasan hutan lindung Lereng Gunung Slamet.
''Lereng Gunung Slamet, sebenarnya merupakan kawasan yang memiliki beragam flora dan fauna. Bahkan merupakan kawasan ekosistem terlengkap di pulau Jawa,'' kata Kepala Seksi Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Lingkungan Perum Perhutani KPH Banyumas Timur, Agus Supriyanto.
Meski sudah semakin langka, Agus mengaku, petuganya yang melakukan patroli kadang masing menemukan satwa langka tersebut. Antara lain seperti satwa elang jawa, macan tutul, dan beberapa jenis kera seperti Suruli Jawa, Owa Jawa dan rekrekan atau lutung putih.