REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah tidak serius memajukan sektor riset dan teknologi. Tolok ukurnya terlihat dari anggaran Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) tahun depan sebanyak Rp 6,25 triliun. Kalau dibandingkan APBN 2012 sebesar Rp 1.435 triliun, angka itu sama dengan 0,43 persen.
Menristek Gusti Muhammad Hatta mengatakan secara keseluruhan anggaran di lembaganya naik 10 persen dibanding 2011. Pihaknya tak memungkiri anggaran itu terbilang kecil sebab masih dibagi dengan lembaga lain di bawahnya, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Apalagi, sekitar separuh dari Rp 6,25 triliun itu habis digunakan untuk biaya gaji pegawai. Sehingga, otomatis biaya riset dan pengembangan (research and development) teknologi terlampau kecil.
"Angkanya untuk penelitian memang belum ideal mengingat banyak sekali anggaran negara dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan warga di desa," kata Gusti.
Menurut Gusti, pihaknya menyadari APBN habis dialokasikan untuk program peningkatan kesejahteraan warga pedesaan melalui program pemberdayaan sosial, kesehatan, dan pendidikan. Karena itu, pihaknya legowo dan tak berniat mengajukan penambahan anggaran kepada Presiden SBY.
Yang membuatnya sedikit gembira adalah adanya bantuan hibah penelitian luar negeri yang setidaknya cukup menolong para peneliti Indonesia untuk bisa menghasilkan penelitian berguna bagi kehidupan di masyarakat. Pihaknya menekankan mengoptimalkan anggaran yang tersedia untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui sentuhan teknologi dan inovasi terbaru dalam berbagai bidang.