REPUBLIKA.CO.ID,BIMA--Iptu Mochammad Kosim (39) meluluhkan hati warga Lambu pascainsiden di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Sabtu (24/12).
Warga Lambu pada Rabu (28/12) membuka blokade jalan di lintas Lambu-Sape setelah Iptu Kosim terus mendekati masyarakat dengan persuasif dan mencoba mengetuk hati mereka untuk menyingkirkan penghalang jalan agar bisa dilalui kendaraan dan aktivitas ekonomi kembali normal.
Iptu Kosim yang menjabat Kapolsek Lambu mendatangi warga seorang diri, tanpa didampingi anggota yang lain. Ucapan warga yang muncul saat itu, "Masyarakat hanya mau menerima (Iptu) Kosim, tidak bersedia bertemu dengan anggota polisi yang lain".
Abdul Syahid, tokoh masyarakat Desa Soro, Lambu, mengatakan warga akhirnya bersedia membuka blokade jalan tanpa tekanan.
"Kapolsek (Iptu Kosim.) menjaminkan dirinya tidak akan ada `sweeping`, apalagi penangkapan. Warga dengan sukarela membuka blokade jalan itu," katanya.
Iptu Kosim memang diterima baik oleh masyarakat Lambu meski dia bukan penduduk asli daerah itu. Dia lahir di Mojokerto, Jatim, 24 Juli 1972. Kosim masuk polisi melalui jalur Secaba pada 1995.
Polisi yang beristri Nurhidayah dan memiliki dua anak, M Nur Zidan Alfarisi (12) dan M Agim Bayu Satria (8) ini kepada ANTARA mengisahkan suasana pascainsiden Sape yang menyebabkan warga memblokade jalan.
"Saya harus bolak-balik menemui warga, mengajak dialog dan melakukan pendekatan persuasif," ujarnya.
Terus terang, kata Iptu Kosim, "Saya dan warga di Kecamatan Lambu ibarat satu keluarga".
"Bahka saat terjadi perusakan markas Polres dan asrama anggota, rumah saya yang berada di samping Mapolres tidak dirusak warga," katanya.
Keinginan kuat untuk mendekati warga, kata Iptu Kosim, "Selain saya yakin tidak akan terjadi apa-apa, juga saya mengemban amanah menjalankan perintah Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo yang telah melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat di daerah ini".
Iptu Kosim dan atasannya Kapolres Bima Kota AKBP Kumbul KS saat itu ditugaskan untuk membujuk warga agar mau membuka blokade jalan.
"Saya punya keyakinan, warga akan bersedia membuka blokade jalan jika dijelaskan dengan hati. Itulah yang saya pakai untuk mendekati warga," katanya.
Ia mengatakan, "Saat perundingan dengan warga Desa Sumi dan Rato, saya pergi sendirian. Saya berdialog dengan warga, sendirian".
Iptu Kosim sebelum terjadi aksi perusakan, menerima pesan singkat dari beberapa tokoh masyarakat di Kecamatan Lambu. Isinya agar dia bersama anggotanya segera meninggalkan Lambu.
"Namun saya yakin warga Lambu masih sayang pada saya, sehingga dengan modal keyakinan, saat saya diperintahkan untuk mendekati warga, saya jalani dengan tulus," ujarnya.