Ahad 05 Feb 2012 21:20 WIB

Gandeng ECO, Iran Berhasil Patahkan Sanksi Barat

zona perdagangan di wilayah tenggara Chabahar
Foto: irib.ir
zona perdagangan di wilayah tenggara Chabahar

REPUBLIKA.CO.ID,  TEHERAN -- Gelombang tekanan sanksi  yang diberlakukan Barat terhadap Iran tampaknya gagal. Faktanya, embargo tersebut tidak memengaruhi hubungan perdagangan antara Iran dengan negara lain.

Seorang pejabat Iran menyatakan zona perdagangan di wilayah tenggara Chabahar menjadi jalur penting bagi transit barang negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Ekonomi (ECO).

"Zona ini menikmati status internasional yang tinggi dalam transit komoditi. Dengan perencanaan yang komprehensif, zona ini akan mempercepat transfer barang komoditas negara-negara anggota ECO ke negara-negara lain di dunia," kata Rouhollah Latifi, kepala hubungan internasional Free Trade Organisasi Kawasan Industri Chabahar.

Latifi menyebut Chabahar sebagai peluang ekonomi yang potensial bagi negara-negara anggota ECO.

ECO adalah organisasi antarpemerintah yang didirikan pada tahun 1985 oleh Iran, Pakistan dan Turki dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi, teknis dan budaya di antara negara anggota.

Organisasi ini diperluas pada tahun 1992 dengan memasukkan tujuh anggota baru, yaitu Afganistan, Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.

Sebelumnya sejumlah negara Asia menyatakan penolakan terhadap dikte AS dan Uni Eropa untuk mengembargo minyak Iran. India dan Turki menolak mematuhi embargo mengenai impor minyak mentah Iran, hanya beberapa hari setelah Cina mengemukakan pernyataan serupa.

Menteri Luar Negeri India mengatakan, New Delhi akan terus mengimpor minyak dari Tehran, dan tidak perlu mengindahkan kebijakan Washington yang mencari dukungan terhadap sanksi AS pada sektor minyak Iran.

Sikap senada dikemukakan Tokyo. Menlu Jepang, Koichiro Gemba, menegaskan ada bahaya yang akan merusak perekonomian global, jika Tokyo menghentikan impor minyak mentah Iran.

 

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengungkapkan kesulitan besar yang dihadapi Seoul untuk mencari pemasok baru menggantikan minyak mentah Iran. Statemen ini mengemuka di tengah meningkatnya tekanan Washington terhadap Korsel terkait penerapan sanksi AS baru terhadap Tehran.

Cho Byung-jae mengkhawatirkan meroketnya harga minyak dunia akibat sanksi minyak Iran. Pada tahun 2011, Korea Selatan memenuhi 10 persen kebutuhan pasokan minyak mentahnya dari Iran.

Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Iran tahun ini tetap optimis di saat AS dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi baru terhadap Republik Islam atas program energi nuklir.

 

Dalam laporan Prospek Ekonomi Global (PMP) 2012, Bank Dunia menyatakan bahwa, Iran berhasil meningkatkan ekonominya berkat naiknya harga minyak mentah dan investasi yang baik, meski menghadapi tekanan sanksi dan efek dari krisis keuangan global.

sumber : irib
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement