REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua TIM Trafic Accident Analisis (TAA), Korlantas Polri, AKP Edwin Afandi, mengatakan, tak ada tanda-tanda bekas rem di lokasi Bus Maut Cisarua, Hal itu, kata dia, menunjukkan rem tidak bagus.
Bus melaju kencang dari arah Garut lewat Puncak menuju Jakarta dalam kecepatan tinggi. Saat kondisi jalan mulai menurun pada Kilometer 20, bus mengalami kendala pengereman. Kemiringan jalan sekitar 5 sampai 30 derajat dan bergelombang, membuat bus tetap melaju kencang dan merosot di saat jalan licin karena cuaca dalam keadaan gerimis.
Saat olah TKP ditemukan banyak bekas benturan antara bus yang lepas kendali tersebut dengan kendaraan yang ada di depannya. Bus maut tersebut menghantam sebuah bus, 9 kendaraan roda 4, dan 3 motor. Akibatnya, 14 korban tewas sedangkan 46 korban menderita luka-luka .
"Dari bekas rem dan kerusakan pada kendaraan serta toko-toko kita coba rekonstruksi terjadinya kecelakaan," kata Edwin.
Menurut Edwin, dari hasil sementara olah TKP ada 4 faktor yang memicu kecelakaan maut tersebut, yakni kondisi jalan, selanjutnya kondisi kendaraan yang tidak layak, konsentrasi dan tata cara pengemudi, serta kondisi lingkungan yang tengah ramai, sehingga menimbulkan banyak korban.
"Kami perlu waktu untuk mencari kesimpulan. Sementara faktor kendaraan dan tata cara mengemudi yang bermasalah," kata Edwin.
Hingga kini polisi masih mengidentifikasi supir bus nahas tersebut. "Saat ini supir masih syok," kata Zainal Abidin.