REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pembakaran Alquran oleh tentara Amerika Serikat (AS) di Afganistan dianggap bentuk frustasi dan demoralisasi militer AS. Hal itu disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, KH. Muhyidin Junaidi kepada Republika.co.id, Kamis (23/2).
"Inilah bukti mereka sedang frustasi dan mengalami demoralisasi," ungkap Junaidi. Menurutnya, perilaku tidak beradab ini telah menunjukkan apa yang dialami tentara AS sebenarnya selama perang. Ini sekaligus menunjukkan bahwa AS yang selalu diusung sebagai negara moralis dan pembela hak asasi manusia tidak pernah ada. Terutama dengan terungkapnya berbagai pelecehan agama, salah satunya pembakaran Alquran.
Ini adalah kesekian kalinya AS melakukan pelecehan bagi umat Islam. Pada 2005, beberapa tentara AS terbukti menjadikan lembar salinan Alquran sebagai tisu tolilet di penjara teluk Guantanamo. Kemudian, pada 2008, beberapa tentara AS menjadikan Alquran sebagai tempat sasaran tembak bagi latihan tentaranya di Afganistan.
Pada 2010 lalu dunia juga digemparkan dengan tindakan penghinaan bukan oleh tentara tapi seorang pendeta, Terry Jones yang berencana membakar Alquran dan membuat demo besar-besaran di kantor PBB di Mazar-e-Sharif. Dan terakhir pada Januari lalu, adanya video pengencingan jenazah pejuang Taliban. Dimana dalam Islam meyakini jenazah seorang muslim harus diberlakukan dengan baik.n.