REPUBLIKA.CO.ID, Laporan kondisi Suriah telah sampai ke tangan Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-Mon. Ia menilai kondisi Suriah mengerikan. Komentar dikatakannya setelah mendengar kesaksian fotografer Inggris yang berhasil selamat dari kota Homs.
Pasukan Suriah saat ini mulai memburu para pemberontak yang tinggal di distrik Baba Amro, setelah sebelumnya memborbardir daerah tersebut pada Kamis (01/03). Kota Baba Amro telah setahun menjadi simbol perlawanan terhadap presiden Bashar al-Assad. Perburuan itu dipandang sebagai kemunduran besar bagi pemberontakan bersenjata di Suriah.
Penyerangan ini jelas telah merugikan warga sipil. "Sebuah serangan telah terjadi di Homs. Warga sipil jelas dirugikan dalam penyerangan ini. Sekarang kami terus menerima laporan yang terjadi di Suriah," kata Ban dalam Majelis Umum PBB di New York pada Jumat (02/03). Dalam beberapa kritikannya, Ban juga mengatakan tidak benar pemerintah menyerang rakyatnya sendiri.
Namun komentar Ban, bertentangan dengan pendapat duta besar PBB untuk Suriah, Bashar Ja'afari. Menurutnya, sangat berbahaya untuk memberikan pernyataan berdasarkan laporan, pendapat, atau kabar angin. “Sekjen tidak tahu, para oposisio terdiri atas kelompok bersenjata,” katanya.
Pemerintah Suriah sampai saat ini masih melarang International Comittee Red Cross (ICRC) untuk memasuki Baba Amro. “Kami tidak mengerti bagaimana mungkin kami dilarang masuk? Padahal kondisi perang telah terjadi berminggu-minggu,” kata Presiden ICRC Jakob Kellenberger.
Seorang aktivis mengatakan, setiap penduduk Baba Amro yang berusia 14 sampai 50 ditangkap. Mereka dibunuh oleh para tentara bersenjata. “Saat ini tentara Suriah ingin ‘membersihkan’ Baba Amro. Termasuk apa yang mereka lakukan kemarin,” ujarnya. Diperkirakan dua ribu pihak oposisi telah menjadi korban. Ratusan penduduk melarikan diri dari Baba Amro.