REPUBLIKA.CO.ID, Wafatnya Rasulullah SAW sangat mengejutkan kaum Muslimin yang sedang berada dalam masjid. Sebab, pagi harinya mereka melihat Nabi SAW menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.
Setelah mengetahui hal itu, Umar segera ke tempat disemayamkannya jenazah Rasulullah. Ia tidak percaya bahwa Rasulullah sudah wafat. Ketika dia datang, dibukanya tutup wajah beliau. Ternyata beliau sudah tidak bergerak lagi.
Umar menduga bahwa Nabi sedang pingsan, tentu akan siuman lagi. Mughirah meyakinkan Umar atas kenyataan yang pahit ini, namun Umar tetap berkeyakinan bahwa Rasulullah tidak wafat. Oleh karenanya Mughirah ngotot dan berkata kepada Umar, "Engkau dusta!"
Kemudian Umar keluar ke masjid sambil berteriak, "Ada orang dari kaum munafik yang mengira bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Tetapi demi Allah, sebenarnya dia tidak meninggal, melainkan ia pergi kepada Tuhan, seperti Musa bin Imran. Ia telah menghilang dari tengah-tengah masyarakatnya selama 40 hari, kemudian kembali lagi ke tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga bahwa dia telah meninggal, tangan dan kakinya harus dipotong!"
Teriakan Umar yang kencang dan berulang-ulang ini didengar oleh kaum Muslimin di masjid. Mereka pun kebingungan. Mereka kemudian mengerumuni Umar, memercayai pendapatnya, bahwa Rasulullah tidak meninggal.
Tiba-tiba Abu Bakar Ash-Shiddiq datang. Ketika dilihatnya kaum Muslimin dalam keadaan demikian, dan Umar sedang berpidato, ia tidak berhenti lama-lama di tempat itu melainkan terus ke rumah Aisyah tanpa menoleh lagi.
Ketika masuk ke rumah putrinya, dilihatnya Nabi di salah satu bagian dalam rumah itu sudah diselubungi burd hibara (kain buatan Yaman). Abu Bakar menyingkap selubung itu dari wajah Nabi dan menciumnya seraya berkata, "Alangkah indahnya di waktu engkau hidup, alangkah indahnya pula di waktu engkau mati. Demi ibu-bapakku, maut yang sudah ditentukan Allah kepadamu sekarang sudah sampai kau rasakan. Sesudah itu takkan ada lagi maut menimpamu."
Sesudah itu, Abu Bakar keluar. Ternyata Umar masih bicara dan meyakinkan orang-orang bahwa Muhammad SAW tidak meninggal. Orang banyak memberikan jalan kepada Abu Bakar. "Sabar, sabarlah Umar!" kata Abu Bakar, setelah ia berada di dekat Umar. "Dengarkan!"
Tetapi Umar tidak mau diam dan juga tidak mau mendengarkan. Ia terus saja bicara. Abu Bakar menghampiri orang-orang itu seraya memberi isyarat, bahwa dia akan bicara dengan mereka. Setelah mengucapkan puji syukur kepada Allah Abu Bakar berkata, "Saudara-saudara, barangsiapa mau menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak pernah mati."
Kemudian Abu Bakar membacakan firman Allah, "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran: 144).
Setelah didengarnya Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah ia yakin bahwa Rasulullah memang sudah wafat. Adapun orang banyak—yang sebelumnya sudah terpengaruh oleh pendapat Umar—begitu mendengar bunyi ayat yang dibacakan Abu Bakar, langsung sadar. Seolah-oleh mereka tidak pernah mengetahui bahwa ayat ini pernah turun. Dengan demikian segala perasaan yang masih ragu-ragu bahwa Rasulullah SAW sudah berpulang ke rahmat Allah, dapat dihilangkan.