REPUBLIKA.CO.ID, Menaikan harga BBM sebesar Rp 1500 bukan solusi terbaik penyelamatan APBN. Hal ini, karena kenaikan harga BBM bisa menyebabkan efek kurang baik bagi perekonomian.
“Menaikan BBM kontraproduktif bagi pertumbuhan ekonomi,” ujar pengamat Migas Kurtubi, kepada Republika, Sabtu (24/3).
Kurtubi menyampaikan pemerintah bisa menyelamatkan APBN 2012 dengan beberapa cara. Pertama, pemerintah harus menghitung ulang besaran subsidi dengan mengacu pada biaya pokok produksi BBM. Kedua, pemerintah harus mempercepat pembangunan infrastrutur gas. Dalam setahun, kata Kurtubi, semua angkutan umum di kota besar sudah harus menggunakan bahan bakar gas. Agar pembuatan pipa saluran gas tidak mengeluarkan ongkos pembebasan lahan, Kurtubi menyarankan agar pipa gas dipasang sejajar dengan pipa PLN dan PAM.
Ketiga, pemerintah perlu mengupayakan koreksi harga jual gas ke luar negeri. Selama ini, menurut Kurtubi, pemerintah menjual harga gas ke negara-negara pelanggan seperti Cina di bawah harga normal. Gas dijual pemeritah dengan harga USD 3 dolar per mmbtu. Padahal harga normal gas di pasar dunia adalah USD 20 dolar per mmbtu.
“Bila gas dijual normal, bisa menambah pemasukan Rp 30 triliun,” katanya. Terakhir, Kurtubi menyarankan pemerintah memperketat sasaran lifting minyak di APBN dan efisiensi cost recovery untuk memberi tambahan anggaran Rp 65 triliun. Bila semua kebijakan itu dilakukan, Kurtubi percaya pendapatan kas negara dari sektor migas akan bertambah lebih besar ketimbang menaikan harga BBM Rp 1500 yang hanya menyelamatkan Rp 45 triliun.
"Belum terlambat bagi pemerintah bila ingin membatalkan rencana kenaikan harga BBM," ujarnya.